Minggu, 21 Februari 2016

~cerpen~ Sakura! wait me..



SAKURA! Wait me..
Hak Cipta : Syarifah Ulfah
Pagi buta, Mama membangunkanku dengan gedoran keras pada pintu kamarku. Aku yang tadinya sedang menikmati mimpi indah tiba-tiba dikejutkan dengan suara mama yang lantang itu. Tidurku mulai tak enak dilanjutkan. Ku lihat jam dindingku ternyata masih jam lima subuh. Tapi kenapa mama hari ini membangunkanku dengan cara yang berbeda dari biasanya?
Aku beranjak dari kasur empukku, melepas selimut yang tengah menghangatkanku, menelantarkan guling yang menjadi teman setiap malamku. Aku keluar dengan rambut kusut, berjalan seperti orang mabuk dan mataku yang masih sulit dibuka,sampai-sampai kepalaku terbentur sisi ujung lemari.
Adikku menertawakanku dan membuat ku kaget, tumben jam segini sudah pada bangun.
Aku tak banyak bicara, dan tak pula menanyakan kenapa hari ini pagi-pagi sekali bangun. Aku langsung menuju kamar mandi, dan selesai mandi mamaku menyuruh pergi kepasar. “Ha? Emangnya hari ini hari apa?,” mataku langsung terbelalak dan lari mencari kalender.
1
Aku duduk diruang tengah sambil mengeringkan rambutku yang basah, disampingku juga ada adikku yang sedang nonton kartun.
“Tumben,kak, jam segini sudah mandi,”  kata adikku, sambil menyengir.
“Tau,ah, kamu sih nggak bilangin kakak kalau hari ini hari minggu, hukumannya, sekarang temenin kakak kepasar”, ucapku agak kesal.

2
“Papa, Qya disuruh mama minta uang buat beli sayur,pa,” seruku sama papa yang lagi santai membaca Koran.
“Kak Qyara, ayo cepetan, entar mataharinya keburu condong,” kata Niara, adikku dari luar pagar.
“Kok papa nggak respon ya, apa enggak dengar?” desisku. Kemudian ku tarik koran yang menutupi wajah papa. “Maaf telat,pak!” kata papa sambil hormat, aku pun tertawa melihat papa kaget, ternyata tadi papa tertidur.
Aku dan Niara mengayuh sepeda menuju pasar dengan semangat, karena diberi papa uang lebih, lumayan buat beli snack favoritku dan juga coklat.
Tiba di gerbang pasar, aku dan Niara bengong, kami terdiam sejenak. Lalu kami memarkir sepeda dan berpegangan tangan.
“Kak Qya, Niara takut, emang begini ya yang namanya pasar, pasti banyak orang jahat, aku takut diculik,kak,” kata Niara sambil memegang erat kemudian memelukku.
“Hush,diam kamu Niara, Ya sudah kamu pegang erat tangan kaka,ya,dek,” sahutku kepada Niara.

Suasana pasar saat itu padat merayap, mungkin karena hari libur, Niara yang semakin erat memegang tanganku membuatku juga takut. Ditambah lagi ada om-om yang pakai jaket merah sambil bawa tongkat, penampilannya sih setengah kayak preman tapi jalannya agak teruguh-uguh. Aku dan Niara membeli sayur ditempat pak Ojo, tempat sayur langganan mama. Saat aku dan Niara menunggu pak Ojo mengambilkan sayur, tiba-tiba ada yang berteriak “copeeet…copeet”. Ternyata om-om yang jaket merah itu copet, ia lari kearah kami, Niara yang dari awal sudah ketakutan dia menangis. Karena ini adalah pertama kalinya dia ikut ke pasar kota. Saat copet itu ingin melintasi jalan didepan ku, ku ulurkan kaki kananku dan copet itu terjatuh. Aku dan Niara langsung lari, dan akhirnya pencopet itu dihajar orang pasar. Tapi, kami lupa membawa sayuran. Aku mencoba untuk membujuk Niara agar menungguku sebentar untuk mengambil sayuran itu. Tapi Niara tidak mau, aku dan Niara kembali ke tempat pak Ojo, disana kami bertemu ibu yang kena copet tadi, dia menghampiri kami dan mengucapkan terimakasih dan kemudian memberi kami uang. Tapi kami tidak mau menerima, karena kami tidak berbuat apa-apa terhadap pencopet itu. Tapi ibu itu memaksa kami untuk tetap menerima uang itu, karena katanya kalau tidak dijebak dengan kakiku pencopet itu tidak akan tertangkap. Aku dan Niara pun tersenyum, akhirnya kami mau menerima uang itu.
Dijalan menuju  pulang , Niara masih terlihat sangat takut. Aku mencoba menghiburnya dengan mengajaknya ke Supermarket. Kebetulan, uang yang dikasih papa masih banyak sisanya, ditambah lagi dengan uang yang dikasih ibu tadi. Aku membeli Snack favorit dan banyak cokelat, dan Niara, dia beli banyak es krim.

3
Setiba dirumah, Niara terlihat kelelahan. Aku langsung dimarahin mama karena sudah mengajak Niara pergi kepasar. Aku terdiam  sejenak, kemudian masuk kedalam kamar. Ku ambil laptopku, dan ku putar film yang ada dimemori flashdisk ku. Sambil menahan kesal karena dimarahi mama, aku mencoba menikmati film itu, judulnya “taiyo no uta”. Sebelumnya aku nggak pernah nonton film ini, karena hobby-ku bukan menonton film.
Jam dindingku menunjukkan jam 12 siang, Niara mengetuk pintu kamarku. Dengan perasaan masih kesal, aku buka pintu. Ternyata dia memberiku es krim rasa cokelat. “Ummm cokelat, aku suka sekali”.
Aku kembali melanjutkan menonton film jepang itu. Endingnya bikin aku nangis, tapi aku suka sama lagu yang ada didalam film itu. Setelah ku cari-cari judulnya , akhirnya aku dapat judul lagu itu. Judulnya Good Bye Days, penyanyinya YUI sekaligus yang menjadi tokoh utama dalam film itu. Ku mainkan lagu itu  lewat ponselku berulang kali, dan sampai aku tertidur pulas.
2 jam kemudian…
“Qyara,..Qyaraa..”
Suara dari depan pintu membuatku terbangun, ku matikan musik diponselku. Dan ternyata itu suara mama.
“Ada apa,ma?,” sahutku serak.
“Mama titip Niara dan Azria,ya. Mama sama papa mau keluar sebentar,” kata mama.
“Iya,ma,” sahutku.
Saat mama dan papa sudah pergi, ku lihat kedua adikku sedang asyik bermain. Niara sedang main game dilaptop papa, dan Azria sedang main mobil-mobilan. Azria adalah adik kedua ku, satu-satunya adik ku yang cowok. Dia masih berumur 1 tahun. Tapi menurutku dia sudah pintar.
Aku kembali ke kamar, dan kembali memutar film taiyo no uta, karena pertama menonton aku belum cukup paham dengan alur ceritanya.
Beberapa menit kemudian..
“Kak, Qya..kata mama tadi kakak belum makan siang,kan?” kata Niara didepan pintu kamarku.
“emm…” sahutku pendek.
Tiba-tiba, klop adikku menutup laptop dan akhirnya laptopku mati.
“Niara, kok kamu tutup sih laptopnya?”  kata ku sambil memandangnya tajam.
“Kak Qya.. makan dulu kata mama, entar kakak sakit, mama udah buatin makanan kesukaan kakak, tapi tadi kakak tidur, mama nggak tega bangunin kakak karena mama tau kakak capek habis dari pasar,” sahut adikku, yang masih duduk dikelas 3 SD itu.
Aku pun beranjak dari tempat tidurku, dan menuju dapur untuk makan siang, karena sebenarnya aku juga menahan lapar sudah dari 2 jam yang lalu.
4
Esok harinya, seperti biasa aku dan Niara masuk sekolah, papa dan mama ku juga pergi bekerja. Azria yang masih 1 tahun terpaksa harus dititipkan sama bibi disebelah rumah nenek, nggak jauh sih dari rumahku. Papa bekerja sebagai manager direktur pada sebuah industry material dikota, dan mama bekerja sebagai manager administrasi diperusahaan tambang. Jadi, mama dan papaku adalah orang sibuk. Tapi aku bersyukur, mama dan papa ku tidak seperti orang-orang sibuk kayak difilm, yang tidak bisa mengurus anak dan rumah tangga. Dalam sepekan, pasti ada waktu buat keluarga, itu yang ku syukuri dengan keluarga kecil ini.
Satu bulan yang akan datang adalah hari yang sangat aku tunggu-tunggu, karena itu adalah masa cuti papa, dan seperti tahun sebelumnya, kalau papa cuti, papa pasti dibelikan tiket untuk liburan keluar negeri. Tapi, tiketnya cuma dua, biasanya dipakai sama mama dan papa saja. Sudah 5 tahun papa bekerja di industry itu, dan 5 kali juga papa udah pergi ke luar negeri. Aku berharap tahun ini papa perginya sama aku, hitung-hitung hadiah ulang tahunku yang tanggalnya satu minggu dari hari ini. Aku ingin pergi ke paris, melihat menara Eiffel. Biar bisa bikin iri teman sekelasku juga, karena sekarang kan lagi zamannya paris. Apalagi temanku, Helda, ngefans sama menara, seisi kamar isinya gambar menara. Tapi masih mending sih dari pada ngefans sama K-POP, tapi K-POP itu mending juga sih bisa nyanyi, dari pada menara? . Nggak ngerti juga sih aku dari mana mereka menilai menara itu, tapi yang penting, tahun ini aku harus bisa merebut tiket itu dari mama.
Satu bulan kemudian..
Mama dan Papa sedang mengobrol diruang tengah, ku lihat Niara dan Azria sedang bermain bersama. Aku pikir sepertinya mama dan papa merencanakan liburan akhir tahun lagi. Aku mencoba ikut dalam perbincangan mama dan papa.
“Pa, papa mau liburan lagi,ya?,” kata ku sambil membawakan teh yang ku ambil dari bibi sum.
“Iya, kenapa?” kata mama. “Ih, kok mama yang nyahut,sih” desisku dalam hati.
“Emm..pa..ma.. minggu kemarin kan ulang tahun aku yang ke 17. Kalau kata orang sih 17 itu angka yang so sweet,pa,” sahutku.
“ya, terus?” kata papaku sambil memperbaiki kacamatanya.
“Boleh ya, pa, kalau tiket mama pergi keluar negeri sama papa dikasih ke Qyara?” ucapku sambil memohon tanpa melihat muka kedua orang tuaku.
“Pa, kalau kak Qya ikut, aku juga harus ikut,” kata Niara dari kejauhan.
Mama sama papa ku berpandangan, kemudian mereka berbisik seperti ingin menyetujui permintaanku.
“Qyara sayang..Tiketnya boleh kok dikasih sama kamu,” kata Mama sambil cengir agak menenangkan.
“Iya,nak, tiketnya boleh kamu dapatkan, tapi..” kata papa , seketika memberhentikan pembicaraannya.
“Tapi apa,pa?” sahutku penasaran.
“Tapi Qyara harus juara dulu ujian tahun ini,ya,nak?” kata papa dan mama bersamaan.
Muka ku berubah jadi kusut, mama dan papa kemudian meninggalkanku diruang tengah sendirian. Akhirnya aku masuk ke dalam kamar. Sambil mengemil coklat dan snack aku men-search tentang paris di Google. Disitu aku banyak mendapat info tentang tempat-tempat menarik selain menara Eiffel. Di page terakhir, aku melihat link yang menginfokan tentang Jepang. Iseng saja aku buka page itu. Dan tempatnya cukup menarik juga untuk dikunjungi. Aku mulai tertarik untuk mengunjungi negeri matahari ini. Budayanya yang khas, dan juga pohon sakuranya yang membuatku semakin melonjak-lonjak nekat ingin pergi kesana.
Satu minggu lagi, aku kembali ditinggal mama sama papa liburan ke Belanda. Karena, mama sangat tertarik untuk pergi ke Denmark. Jadi , mama mengajak papa untuk ke Belanda memakai tiket itu. Aku mencoba merayu papa lagi agar membatalkan ke Belanda, dan mengajak pergi ke Jepang. Tapi, ajakanku sia-sia. Mama dan papa sudah menghubungi teman papa yang menjadi pemandu wisata saat liburan ke Belanda.
Satu minggu kemudian..
Aku dan Niara ikut mama dan papa ke Bandara diantar sopirnya papa, Azria tinggal dirumah sama bibi Sum. Kesal dan sedih menggelut dihatiku, tapi nggak papa lah, kan kata papa kalau aku juara pasti diajak. “Sayang, mama sama papa pergi seminggu,ya,” kata Papa. Mama mengusap kepalaku dan juga menciumku. Dan Niara digendong papa sebentar.
Aku dan Niara sudah sering ditinggal sama papa keluar negeri, apalagi keluar kota. Tapi, kami tetap sayang kok sama mereka, karena kadang mereka selalu mengajak kami liburan sebulan sekali.
Satu minggu tanpa mama dan papa, hanya ditemani bibi sum dan juga nenek dirumah. Azria juga selalu menangis kali ini. Mungkin karena dia pertama kali ditinggal mama dan papa.
karena ini liburan akhir tahun, jadinya aku sangat sepi. Andai saja sekolah nggak libur, pasti tidak terlalu sepi karena ada teman-temanku. Dalam liburan kali ini, ku sempatkan setiap hari untuk belajar,biar menjadi juara dan bisa pergi ke luar negeri. Aku juga sering mencari-cari tentang Jepang. Dari tempat wisata dan juga budayanya. Aku juga mempelajari bahasanya. Meskipun terbilang sangat sulit,jauh berbeda dengan Bahasa Indonesia.
Waktu berlalu, mama dan papa tiba di Bandara, Aku dan Niara diajak sopirnya papa menjemput, aku juga mengajak Bibi sum untuk membawa Azria.
“Kak Qya, kemarin kakak minta oleh-oleh apa?” seru Niara yang terlihat bahagia.
“Oleh-oleh? Oh iya kakak lupa minta oleh-oleh sama mama dan papa, kalau kamu minta apa kemarin,de?,” jawabku.
“Aku minta dibawain kincir angin yang besar itu,kak,biar dirumah kita nggak usah pakai AC lagi,hemat kan jadinya,” sahut anak SD itu.
“haduh,de, kamu kira, bisa apa? Presiden kita aja mungkin nggak bisa membawa kicir angin itu,de,” gumamku.
Tak lama, Niara mulai mengantuk,Azria yang juga selalu menangis mulai berhenti.
“Pak, kok dari tadi, nggak nyampe bandara?” gumamku pada sopirnya papa.
“Macet,nak,” kata sopir papa,Om Retno.
 Aku juga mulai mengantuk, karena perjalanan menuju bandara lumayan masih jauh, aku pun tidur didalam mobil.
5
“Lho, kok aku dirumah, emangnya tadi mimpi ya menjemput mama dan papa,” ucapku sambil menggaruk kepala.
“yeee aku dapat bonekaaa,” teriak Niara sambil lari-lari diruang tengah.
Aku langsung lari mencari papa dan mama, mencari oleh-oleh buatku.
“Hai, sayang, sudah bangun ternyata gadis mama,” mama tersenyum.
“Buat aku mana,ma?” sahutku sambil menggosok-gosok mata.
“Ini khusus buat kamu,nak,” kata papa sambil menyodorkan satu kotak yang berlapis kertas kado keemasan.
Aku menghampiri papa dan mama, lalu ku buka kotak itu.
“Kok, ini pa,ma?”
“Itu biar kamu rajin belajar,nak”
“Satu minggu, papa sama mama pergi ke Belanda , terus ngasih oleh-oleh satu kotak penuh buku-buku tebal ini ,pa? buat apa?” sahutku geram.
“Papa sama mama kan sudah bilang, kalau kamu juara,kamu pasti akan pergi ke paris,” kata mama sambil merapikan buku-buku yang aku keluarkan dari kotak itu.
“nggak jadi ke Paris,pa,ma, aku mau ke Jepang saja” sahutku tanpa menoleh kepada mereka.
“Kamu bebas mau kemana saja, tapi kamu harus jadi juara dulu Ujian tahun ini,” sahut papa.
“pokoknya aku mau perginya sekarang!” ucapku agak keras.
“Masuk kamar!” kata papa yang terlihat mulai marah denganku.
“Iya,pa,ma” sahutku pendek sambil membawa buku-buku dalam kotak itu ke kamar.
Malam tiba, aku malas makan bersama keluarga, aku tidak menyahut saat mama dan papa mengetuk pintu kamarku. Aku pura-pura sudah tidur, padahal aku sedang main internet, aku juga sering belajar bahasa jepang. Semakin hari, rasanya semakin cinta sama jepang. Padahal, seingatku, waktu aku masih Sekolah Dasar, aku sangat benci Jepang, kenapa? Habisnya menjajah Indonesia,sih. Tapi, tekadku untuk pergi ke Jepang semakin menjadi-jadi.
Terpikir dalam benakku untuk membuka buku-buku tebal itu, awalnya iseng saja membaca halaman pertama dan kedua. Tapi, tak mengubah rasa penasaranku  dan bahkan semakin ingin tahu terhadap isi buku yang berjudul “World of my life”.
Aku mulai membaca dan memahaminya, dalam satu hari, aku bisa membaca 2 buku tebal sekaligus. Setelah seminggu, masih ada 3 buku yang belum aku baca. Tapi, karena ujian sudah dekat. Aku memilih untuk membaca buku pelajaran saja. karena aku kembali teringat dengan janji papa.
Hari-hari berlalu, umurku sudah mau meninggalkan angka 17. Meskipun beberapa bulan lagi, tapi aku sering bilang “welcome my 18th birthday”. Aku sering berfikir bagaimana menjadi orang dewasa. Karena kata iklan ditv “jadi orang gede itu enak,tapi susah dijalanin” . Ujian Sekolah tinggal menghitung hari, aku berusaha giat belajar, sampai-sampai aku melupakan kalau aku juara aku akan dapat tiket keluar negeri. Saat Ujian tiba, aku tak pernah lepas dengan buku sebelum lonceng berbunyi. Sampai-sampai teman-temanku sering mengejekku. Aku benar-benar giat tahun ini.
Ujian berlalu, tinggal menunggu pengumuman. Sambil membicarakan universitas yang akan menjadi kampusku bersama teman, aku ditembak seorang cowok yang satu lokal waktu aku Ujian. Farhan,namanya. Dia dikenal anak yang aktif, dulu aku juga pernah suka dengannya. Tapi, aku tidak bisa menerimanya, saat itu aku bilang “aku akan terima kamu, tapi kalau aku lulus dalam Ujian ini”. Dia pun meng-iyakannya.
Tiba dirumah, mama dan papa sedang duduk diruang tengah, dan menyuruhku untuk duduk diantara mereka.
“Gimana ujiannya,nak?”
“Ya, sama aja. Baca soal dulu, kalau dapat ya dibuletin lembar jawabannya” sahutku santai.
Mama dan papa ku tersenyum, aku pun masuk kamar. Pas masuk kamar, tiba-tiba seketika wajah Farhan terbayang-bayang olehku. Aku mencoba untuk tidak memikirkan dia, aku ambil buku yang masih tersisa dalam kotak. Kali ini targetku membaca 3 buku, karena tanggung. Tapi aku malah tertidur. Aku pun berantusias untuk membaca satu buku terakhir pada besok hari.
Besok hari..
Pagi-pagi sekali aku sudah bangun, lalu mandi kemudian bersiap-siap sekolah. Tak lupa aku sarapan bersama keluarga. Azria sekarang sudah bisa berjalan dan Niara sekarang sudah gede, badannya lebih gemuk dari aku. Saat aku mengambil tas didalam kamar, ada satu buku terletak diatas meja belajarku, aku baru ingat kalau mau membaca buku itu hari ini. Buku itu aku masukkan dalam tas ku.
Disekolah..
Aku kembali bersama teman-temanku, tapi saat itu juga aku dilanda perasaan penasaran dengan buku itu. Aku meninggalkan mereka, aku pergi ke perpustakaan untuk membaca buku itu. Padahal masih pagi, tapi perpustakaan sekolah sudah buka.
Saat aku ingin membaca,tiba-tiba seseorang mengejutkanku dari belakang sambil berkata “Ohayou Qya-san”.  Aku menoleh kebelakang, dan, Farhan. “Ohayou, Farhan-kun” sahutku. “Dia bisa bahasa jepang” desisku dalam hati.
“Kamu jago bahasa jepang,ya?” kataku dengan Farhan.
“Nggak juga, tapi setelah baca buku yang kamu pegang, aku jadi tahu tentang Jepang”. Kata Farhan.
Aku kaget, dan langsung membaca halaman pertama buku terakhir ku tersebut.
Tepat! Buku ini bertema Jepang. Dari belajar bahasa, budaya, pokoknya semua akan menjawab pertanyaanku tentang Jepang.
Beberapa minggu kemudian..
Tiba lah yang ditunggu-tunggu, pengumuman kelulusan. Aku lulus dengan nilai yang cukup tinggi tapi tidak menjadi Juara. Aku kembali teringat dengan janji papa. Aku tidak akan bisa mendapat tiket itu. Tiba-tiba Farhan mengejutkanku, aku baru ingat, pasti dia menagih jawabanku.
Karena aku lulus, dan karena aku juga suka sama dia, dia juga suka Jepang. Aku menerimanya sebagai pacar pertamaku.
Tiba dirumah, mama dan papaku menanti kabar tentang Ujian ku, dan aku bilang,aku tidak juara. Mereka terlihat sedih, aku semakin terpukul,padahal sudah belajar mati-matian. Aku masuk ke kamar. Dan merebahkan tubuhku yang sangat penat. Aku pikir, aku bukan anak kecil lagi yang kemauanku harus diturutin ini itu. Aku mencoba untuk menghilangkan keinginanku untuk pergi ke Jepang. Tapi, aku yakin, suatu saat nanti aku akan kesana.
5 menit kemudian..

“Qyara..sini nak,” kata mama.
“Apa,ma?” sahutku layu.
“Nggak tau,kata papa kesini sebentar” kata mama yang semakin keras.
Aku pun keluar dengan sangat malas, badanku masih capek, sms dari Farhan saja nggak aku balas, padahal baru jadian.
“Aaaaa…papa ..mama…makasiih!!” seruku bahagia. Mama dan papa memberiku tiket keluar negeri. Dan tahun ini kami pergi sekeluarga. Alangkah senangnya aku bisa liburan keluar negeri. Dan aku memilih Jepang! Kebetulan ini masih bulan Juni, pasti bunga Sakura masih mekar.
“Sakura…tunggu aku” teriakku sambil mencium-cium tiket itu. Aku langsung membalas sms Farhan dengan bahagia, aku juga cerita dengannya. Dan katanya dia juga mau ke Jepang. Meskipun nggak satu pesawat. Tapi kami janjian kalau tiba disana.
“Makasih ya Tuhan, makasih mama..papa..tahun ini liburan pertamaku keluar negeri dan juga bersama
orang terkasih”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar