Bagaimana bisa kamu mampu mengatakan
jika tidak ada aku, maka yang kau perjuangkan untuk jadi pendampingmu adalah
dia.
Dimana kau taruh hatimu sayang? Selembut
kapas pun kau mengatakan itu, itu tetap bagai sayatan. Kau anggap apakah aku
ini hanya pendengar setiamu sayang?
Sekali lagi, itu tetaplah sayatan. Semakin
sering kau menyebutkannya, bukan kah ia akan menjadi luka yang besar?
Sayang, ini hati. Bukan karet, yang
ditimpuk dengan benda apapun, baik keras atau lembut tetap kembali seperti
semula. Jadi sekali lagi, ini hati bukan karet sayang.
Bisa-bisanya kamu mengatakan seperti
itu ditengah hubungan yang sudah kita jalin sangat lama, hanya karena
kehadirannya yang katanya dengan maksud baik, hanya karena kehadirannya yang menurutmu mampu untuk menjadikan ‘hidupmu akan lebih
baik’. Dan, katamu,untuk ‘hidup kita akan lebih baik’. Jangan remehkan kata
suka, karena suka dapat menumbuhkan cinta. Lalu bagaimana nasib cinta yang
sudah tumbuh dengan subur? Apakah kau memikirkan itu? Apakah kau akan
membiarkannya layu hanya karena bunga yang baru kau tanam lebih menarik
warnanya?
Tentang dirimu yang tidak mau
kehilangan bunga-bunga itu. Aku tidak mampu berkata-kata tentang hal ini. Aku memilih
untuk menenangkan hatiku,dan meyakinkan hatiku bahwa kamu tidak akan
meninggalkanku, dan tetap memposisikanku sebaik-baiknya posisi. Ya, diri ini
hanyalah mampu sebatas berkata-kata, tidak ada yang dapat dibanggakan. Aku hanya
seseorang yang berusaha, agar menjadi salah satu diantara yang lainnya, yang
mampu tegar dalam perjuangan cinta, tanpa terlupa berserah diri kepada-Nya,
Sang Pemilik cinta.