Selasa, 21 Februari 2023

 

cerpen~ "Ya Allah, aku jatuh cinta !" oleh Syarifah J.R Al-Asyfah

Repost from my 2nd blog account 


                Maha besar Allah menciptakan segala sesuatu dimuka bumi.Menciptakan makhluk hidup agar senantiasa beribadah kepada-Nya. Serta menciptakan hawa nafsu, akal dan iman.
Allah swt menciptakan manusia dari air yang hina (air mani) sebagaimana 
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk (lain). Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (Al Mukminun : 12-14)

Oke , kita akan berbicara tentang manusia dahulu..

            Atas Kuasa-Nya, Allah menciptakan manusia dalam wujud laki-laki dan perempuan dengan wajah yang rupawan ,serta akal yang sehat .
            Sebagaimana 
dengan firman allah dalam surah at-tin ayat 5 yg artinya :
 “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (At Tin : 5)
            Sebab itulah manusia dikatakan makhluk yang sempurna dari makhluk Allah yang lain,namun meskipun begitu kita harus tetap menyayangi makhluk ciptaan Allah yang lain.
Awalun~
            Pertama-tama , saya ucapkan puji syukur alhamdulillah karena saya sangat mensyukuri pemberian nikmat tuhan yang sangat luar biasa.Namun saya tak mampu berkata saya sempurna karena saya punya segala kekurangan.
“Nah , lalu apa hubungannya dengan judul diatas ?”
yuk baca selanjutnya ^_^


*salahkah ?

“Tuhan,saya tak mengerti apa yang sedang saya rasakan sekarang,berikan aku petunjuk tuhan,sesungguhnya engkau maha mengetahui yang tidak bisa hamba ketahui”
            Kalimat itulah yang tiba-tiba muncul dari dalam lubuk hati saya ketika berada dalam sebuah organisasi islami.

            Disudut kanan dari tempat duduk saya terlihat seseorang yang memakai baju koko putih serta peci putih,muka bercahaya bagai diselimuti air wudhu,senyum manis serta mata nya yang begitu berbinar memancarkan aura sebuah kasih sayang.
            “Tuhan,apakah hambamu ini jatuh cinta pada sang ikhwan tersebut ?”
 
            Seorang lelaki yang belum saya ketahui namanya tersebut mengarahkan pandangannya kepada saya.Saya pun larut dalam sebuah lautan cinta yang tidak terlalu dangkal,dan saya pun hanya mampu tersenyum dengan sekejap membalas pandangannya karena jika berlama-lama saya takut terjadi suatu yang tidak diinginkan (zina mata).
Dan saya pun kembali berfikir , “salahkah aku mencintainya tuhan ?”

*Lelaki idaman
            Ketika saya mengetahui nama dan darimana dia berasal,saya tidak begitu paham dengan keadaan yang saya alami.Pikiran saya tak pernah lepas selain membayangkan wajahnya.Betapa rindunya saya pada sosok lelaki tersebut.

            Saya pernah berkata kepada teman saya,saya sangat menyukai lelaki yang mengabdi dalam sebuah pondok pesantren,ketika saya melihat anak sebuah pondok pesantren baik santriwan maupun santriwati hati saya merasa tenang,bahagia dan merasa ada kedamaian tersendiri.
 Hmm yaa..Dialah lelaki idaman saya,dia adalah santriwan yang mengabdi pada sebuah pondok didaerah saya dua tahun silam.Dia begitu fasih dalam menyebut huruf arab,begitu hebat dalam membawakan syair dan begitu aktif dalam berbagai kegiatan,dan bisa dibilang dia senior saya dalam salah satu organisasi yang saya ikuti.

            Namun,saya kembali terfikir pada ketentuan agama.Agama melarang keras suatu hubungan antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrim.

*Anggap Ta’aruf saja (silaturrahmi)
            Kebetulan saya mempunyai seorang teman yang sempat mengabdi dipondok selama satu tahun.Kemudian saya bercerita pada teman saya tersebut dan ternyata teman saya sangat mengenal baik lelaki yang saya ceritakan itu.

            Pada suatu hari seusai bertadarus dengan teman,saya bercengkrama disebuah teras mesjid Al-Zikra bersama teman saya.Namun tanpa sepengatahuan saya dia menyuruh lelaki yang saya kagumi itu untuk berkunjung tempat kami berada.

            Tak berapa lama, lelaki itu tiba didepan mesjid yang bersepuh hijau-putih cerah itu .Saya kaget bukan kepalang,jantung terasa berdegup kencang,badan kaku seakan tak bisa digerakkan,serta pandangan pun tak mampu dibelokkan.

             Maha Besar Allah mempertemukan kami ditempat yang begitu diridhoi-Nya.Merubah suasana menjadi damai dan bahagia.Dan saya pun menganggap peristiwa ini sebagai ta’aruf kecil.
Ia datang tidak sendiri namun ia datang bersama temannya.Kami pun mulai berkenalan dan menanyakan apa yang menurut kami ingin pertanyakan.

*sebuah harapan

            “subhanallah,ternyata namanya Shaddiqi” itulah yang ku ucapkan berkali-kali meskipun dalam hati.
Usianya yang masih muda membuat ku semakin menganguminya.Dia yang juga menanyakan sedikit kepribadian saya membuat saya enggan untuk mengakhiri pertemuan tersebut.

            Namun,hari mulai siang.Matahari pun mulai condong keatas.Membuat perbincangan tak enak untuk dilanjutkan.Perbincangan pun ia akhiri dengan meminta email pribadi saya.Saya pun sangat senang jika bisa berbagi kepadanya.

            Peristiwa tersebut pun mulai terlewatkan,dalam sebuah berupa surat sederhana yang menggunakan jasa internet kami saling bercanda dan bercengkrama.Ia pun mulai perhatian dan memberi sebuah harapan kepada saya.Kami pun semakin dekat dan semakin dekat.


*Nyatakan cinta

            Beberapa bulan setelah ia memperkenalkan dirinya,ia mulai menyatakan perasaannya kepada saya.
     Saya pun bertanya, “mengapa antum menyukai ana?,ana hanyalah manusia biasa dengan hidup alakadarnya saja,sedangkan antum hidup penuh dengan kemegahan,dan itu jelas sangat berbeda”
     Ia pun menjawab dengan penuh kesopanan “semua yang ana miliki itu hanya milik Allah,ana menyukai antum dari sifat antum yang penuh etika,antum adalah idaman ana selama ini,ana tidak peduli bagaimana kehidupan antum,ana berharap antum juga rasakan sama seperti ana.”

            Hati saya mulai tersentuh dengan apa yang dikatakannya,namun kali ini saya benar-benar diselimuti dengan perasaan bimbang. “sesungguhnya ana juga menyukai antum” itulah yang saya ucapkan dalam hati,saya tak berani ungkapkan perasaan tersebut meskipun saya yang lebih awal mengaguminya.

*Berteman saja

            Aku mulai dirasakan perasaan takut ,karena jika rasa ini terus berlanjut akan mengakibatkan suatu hal yang menyalahi aturan agama.Aku takut jika suatu hari aku semakin mengaguminya,sesungguhnya yang harus dikagumi itu adalah Allah swt.

            Aku pun memutuskan untuk menganggap semua ini cobaan bagiku,aku mencoba untuk berhenti meengaguminya,dan ku putuskan untuk berteman saja.Dan syukur alhamdulillah ia pun menerima keputusan ku tersebut,namun ia berkata bahwa disetiap do’anya bahwa ia selalu berdoa agar aku menjadi jodohnya kelak.

akhiirun~
            
Begitulah kisah seorang wanita muslimah ketika ia dibalut dengan perasaan cinta buta semata,namun semua itu tak menggoyahkan keimanan wanita tersebut untuk selalu berada dijalan yang benar.Karena sesungguhnya segala takdir seperti jodoh, rezeki,dan lain-lain tersebut sudah ditentukan Allah swt yang tertulis didalam buku lauhul mahfudz (catatan takdir).
Harapan saya,semoga kisah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua khususnya untuk insan dimuka bumi agar lebih mendekatkan diri kepada Allah,karena sesungguhnya kita akan menghadap dan mempertanggungkan semua perbuatan kita selama kita hidup didunia ini.

 

cerpen ~ Ketulusan ku dalam sebuah tulisan 


Repost from my 2nd blog account 

(Sabtu, 11 Agustus 2012)


1
Pagi membentang , ketika seorang gadis (sebut saja salsa) membuka kedua matanya dan sang ibu yang telah menyiapkan sarapan segera memanggil gadis cantik jelita itu . gadis nan cantik itu tidak menghiraukan sang ibu tetapi ia menghampiri jendela kamarnya , lalu ia buka sembari tersenyum saat ia mengarahkan pandangannya pada sebuah halaman rumahnya yang luas , ia rasakan hembusan angin pagi yang membuat rambutnya berkibas halus .
sang ibu heran mengapa gadisnya tak keluar juga dari kamar ketika jam sudah menunjukkan  pukul 07.00 , sang ibu pun mencoba membuka pintu kamar salsa . dilihatnya salsa yang tengah duduk dikursi mungilnya didepan jendela . sang ibu tersenyum dan menghampiri gadisnya.
“kamu masih ingat ketika kamu bermain bersama ayahmu disana ?” sapa sang ibu memecah keheningan .
“eh ibu , sejak kapan ibu berdiri disitu ? “ sahut salsa sambil menatap lembut sang ibu.
“sejak kamu menjadi gadis tercantik bagi ibu” ucap ibu penuh kasih sayang
salsa bangkit dari duduknya lalu menghampiri sang ibu sambil memeluknya dan berkata “aku sayang ibu , oh ya aku lupa jawab pertanyaan ibu , aku masih ingat kok ketika ayah memberikan ku sebuah bunga . saat itu aku tak tau maksud ayah memberikan bunga itu “
“bunga itu adalah bunga yang diberikan ayahmu untuk ibu waktu dulu, lalu ayah dan ibu mencoba mencari bibit bunga itu dan ingin menanamnya dihalaman tepat di depan jendela mu.”
 Jawab sang ibu .
“lihatlah disana terdapat tulisan nama ayah dan ibu “ sambung sang ibu sambil menunjuk sebuah pohon yang rindang di halaman rumah salsa.
tapi bu , mungkin kah ayah akan memberikan bunga itu lagi untuk ku ? aku rindu ayah bu aku juga ingin menulis nama ayah ibu dan aku di pohon itu” tanya salsa kepada sang ibu.
sang ibu tersenyum dan mengatakan kepada anaknya “ ayah akan memberikan bunga terindah yang belum pernah dimiliki orang lain jika kamu benar-benar sayang sama ayah dan berdo’a untuknya agar kita nanti dapat bersatu di surga . dan nanti suatu saat kamu akan menulis jika kamu sudah tau waktunya , sekarang waktunya kamu sarapan dahulu” ucap sang ibu.
salsa pun sarapan sendirian , sang ibu harus membereskan kamar salsa.
2
keesokan harinya ketika salsa ingin berangkat sekolah salsa melihat kendaraan yang melintas dengan laju didepan rumahnya . salsa tak mengenali siapa yang ada mengendarai motor itu , salsa pun tak lagi menghiraukan siapa yang mengendarai motor itu . Disekolah , salsa bersama teman-temannya duduk melihat pertandingan basket antar sekolahnya dengan sekolah lain .
ketika salsa berbalik kebelakang salsa kaget , dengan tatapan dalam salsa melihat seorang lelaki dengan jas hitam mengenakan ransel dan sepatu yang bagus memarkir motornya yang tadinya  melintas didepan rumah salsa ketika ia ingin berangkat sekolah . Salsa tertegun , ketika lelaki itu menatap salsa , salsa pun tersipu malu dan berusaha mengalihkan pandangannya . lelaki itu menghampiri salsa.
“bisakah kamu beritahu aku dimana ruang kepala sekolah ?” tanya lelaki itu.
“emm kamu lurus aja terus ada perempatan menuju kantin kamu belok kiri disana ada ruang guru dan diseberangnya ruang kepala sekolah” jawab salsa sambil terbata-bata
“baiklah terima kasih ya , oh ya nama kamu siapa ? kamu yang tadi pagi di depan rumah Blok 1 no.75 kan ?” tanya lelaki itu lagi .
“sama-sama . nama ku fanisa salsabinar , panggil saja aku salsa . iya , kamu yang tadi pakai mobil-..”
“eittss udah cukup , nama ku faiz . faiz anggira ” sahut lelaki itu dengan memotong pembicaraan salsa.
3
teeeert...teeeeert” ketika bel sekolah berbunyi salsa dan teman-temannya masuk ke kelas . sesampai dikelas salsa masih penasaran tentang si faiz lelaki yang baru ia kenal di lapangan basket. “Ya allah , apa yang terjadi dengan salsa.. mengapa tiba-tiba hati salsa selalu ingin melihatnya” desis salsa.
Pelajaran pun dimulai ketika bu guru masuk . saat itu salsa masih memikirkan sosok lelaki itu . saat itu dikelas salsa sedang belajar biologi . salsa mulai merasakan aneh pada dirinya sendiri . ia pun tak mengerti apa yang sedang terjadi pada dirinya . bu guru yang baru masuk langsung menyuruh murid-muridnya mengambil buku pelajaran . salsa pun membuka tasnya namun yang diambil salsa bukan lah buku pelajaran tetapi selembar kertas dan pensil . teman sebangku salsa bingung melihat tingkah salsa karena tak biasanya salsa mengabaikan perintah bu guru , apalagi pelajaran biologi adalah mata pelajaran favorit salsa . teman salsa pun membiarkan apa yang dilakukan salsa . dan ternyata salsa menggambar sosok faiz yang ia lihat dilapangan basket pagi tadi .
“itu siapa sa ?” tanya nadia teman sebangku salsa.
“nama nya faiz . dia anak baru disekolah kita namun aku tak tau dia kelas berapa . aku merasa ada yang beda pada diriku saat aku pertama melihatnya” jawab salsa
“itu artinya kamu jatuh cinta sa ! “ sahut Rani teman dibelakang salsa
“ah tau apa kamu tentang perasaan ku” sahut salsa
perbincangan pun terhenti setelah bu guru memberikan tugas , namun si salsa mencoba mengartikan apa yang diucap rani tadi “apa memang aku jatuh cinta ? oh jadi inikah yanng namanya jatuh cinta ?” desis hati salsa .
tak lama bel istirahat berbunyi , salsa dan teman-temannya pun keluar dan menuju kantin sekolah . dikantin sekolah salsa kembali berjumpa dengan faiz . teman-teman salsa pun terkagum-kagum melihat sosok faiz itu . tapi apa yang terjadi faiz hanya memberikan senyum sekejap pada salsa .salsa pun semakin penasaran tentang faiz itu . salsa dan teman-temanya terus menguntil faiz dari belakang dan pada akhirnya salsa tau bahwa faiz anak baru di kelas VIII disekolahnya dan salsa baru menempati kelas VII ,salsa pun akhirnya menyadari bahwa faiz adalah kakak kelasnya .
salsa semakin penasaran tentang faiz itu . lalu pada akhirnya ia bertanya kepada kakak kelasnya yang sekelas dengan faiz .
“maaf kak , aku boleh nanya” sapa salsa pada kakak kelasnya Rudi .
“boleh , mau nanya apa dek ?”  sahut rudi
“itu namanya faiz kan , dia pindahan ya ? pindahan dari mana ?” tanya salsa
“oh iya nama nya faiz , dia pindahan dari Smp negeri XII jakarta utara dek” jawab rudi
“oh ya sudah makasih kak “ kata salsa
salsa pun kembali ke kelas bersama teman-temannya .
4
keesokan harinya ketika salsa masuk kelas ada sebuah surat di atas meja nya . lalu ia baca isi surat itu , isi surat itu berisikan ajakan dari seseorang agar menemuinya dilapangan basket . salsa pun langsung ke lapangan basket dan ternyata disana dijumpainya si faiz yang tengah memainkan bola basket sendirian . salsa pun memanggilnya.
“hey.. kamu yg ngirim surat ini ?” tanya salsa
faiz pun berbalik dan menghampiri salsa
“iya , aku yang menyuruh kamu kesini . “ sahut faiz
“lalu mau apa kau menyuruhku kesini ? “ tanya salsa yg agak heran
dengan spontan faiz berkata “nih nomer handphone ku ntar calling aku yah biar bisa kontekan”
salsa pun kaget , hatinya tak karuan . hati nya berbunga-bunga setelah menerima secarik ketas yang bertulis nomor hp faiz.
belajar mengajar pun dimulai . seperti hari sebelumnya salsa tak konsentrasi mengikuti pelajaran disekolah .
sampai ketika salsa pulang kerumah salsa langsung masuk kamar , ibunya heran dengan tingkah laku anaknya akhir-akhir ini yang selalu ingin menyendiri dikamar , tak biasanya salsa mengunci pintu kamarnya , hal itu kadang membuat sang ibu sedih tapi sang ibu mecoba mengerti apa yang terjadi pada anaknya yang sudah mulai beranjak dewasa itu. Salsa juga sering menghampiri pohon yang bertulis nama ayah dan ibunya .
sang ibu sering melihat anaknya sedang menulis disana, tp ibu tak tau entah apa yang ditulis salsa .
salsa juga sering membuka diary nya menulis tentang faiz , dari awal bertemu sampai faiz memberikan nomor hp nya . salsa pun sering telponan dengan faiz . hal itu membuat salsa semakin penasaran dan semakin ingin tau apa itu cinta .
tapi pada suatu hari salsa melihat faiz jalan dengan teman wanita yang sekelas dengannya . salsa merasakan cemburu , ia seakan ingin menangis saat itu juga . salsa kembali bercerita pada diary kesayangannya .
tak lama salsa jatuh sakit , ia harus dirawat dirumah sakit . salsa divonis menderita leukimia seperti ayahnya . tapi sang ibu sengaja tak memberitahukan kepada salsa anaknya. Ibu pun menangis sambil memeluk anaknya , namun salsa bingung mengapa ibunya menangis .
5
beberapa hari setelah salsa dirawat akhirnya salsa di izinkan untuk pulang namun salsa harus rutin meminum obat yang diresepkan dokter , sesungguhnya obat itu hanya untuk mengurangi rasa sakit bukan untuk menyembuhkan penyakitnya .
salsa pun bisa kembali ke sekolah namun sesampai disekolah salsa bingung melihat temannya dengan wajah sedih mereka ketika melihat salsa kembali ke sekolah .
“mengapa wajah kalian kusut gitu ? bukan kah kalian senang melihatku kembali ke sekolah ?” tanya salsa
“ iya , kami senang kok . kami udah nunggu kedatangan mu disekolah ini lagi sa” jawab salah seorang teman salsa.
saat itu juga salsa melihat faiz bersama teman wanitanya lagi  dan ternyata itu adalah kekasih faiz , salsa sedih salsa berlari menuju toilet , teman-teman salsa pun mengejar salsa . tapi saat ditemui salsa terbaring di toilet , salsa pingsan dengan darah yang keluar dari hidungnya . salah seorang teman salsa berteriak minta tolong dan dua lainnya berusaha membangunkan salsa . dan akhirnya ada salah satu guru yang melihat mereka . bu guru pun minta bantuan dari orang lain untuk menghubungi pihak rumah sakit , dan salsa pun kembali dirawat dirumah sakit .
faiz tak tahu kabar tentang salsa karena faiz selalu menghabiskan waktunya dengan kekasihnya , maka dari itu teman-teman faiz jarang menghubungi faiz karena sedikit kecewa dengan faiz . lalu ketika faiz ngedate bersama kekasihnya tiba-tiba hujan turun deras yang mengharuskan faiz berteduh bersama kekasihnya disuatu tempat .
ketika faiz dan kekasihnya berteduh ditempat itu faiz melihat sosok mirip salsa mengenakan jaket dan disamping nya terdapat jaket dan segelas air hangat . faiz menghampiri sosok itu namun sosok itu langsung berkata “ bawalah jaket dan segelas air hangat itu pada kekasihmu biar gak kedinginan” namun faiz hanya diam sambil ketakutan , lalu ia ambil jaket dan segelas air hangat itu lalu ia berikan kepada kekasihnya . namun ketika faiz ingin mengucapkan terima kasih tiba-tiba hp faiz berdering , awalnya si kekasih faiz melarang faiz untuk memeriksa hp nya itu namun faiz mengelak ia tetap memeriksa hp nya dan ternyata sebuah sms dari rudi yang meberitahukan kalau salsa meninggal karena penyakit leukimia yang dideritanya . faiz pun berbalik namun tak ada lagi sosok gadis mirip salsa tadi . faiz pun meninggalkan kekasihnya ia langsung mengendarai motornya untuk menjumpai salsa yang tak bernyawa lagi . namun nasi sudah menjadi bubur faiz hanya bisa menyesali karena telah menyiakan cinta salsa yang tulus itu . dan pada akhirnya sang ibu pergi , dan faiz mengejar ibu nya salsa sampai kerumah , namun dirumah faiz melihat sang ibu sedang menatap sambil menangis didekat pohon dihalaman rumah salsa . disana faiz melihat bahwa ada tulisan nama ayah dan ibu salsa dan dibagian bawahnya terdapat nama dirinya dan nama salsa.
faiz pun akhirnya memutuskan hubungannya , dan berusaha agar dapat menggantikan posisi salsa di mata ibunya salsa.

 

cerpen “love in silence”

Repost from my 2nd blog account (Senin, 22 April 2013)


Nama ku Artina Hadawi Sesahliani,dari kecil aku biasa dipanggil echa. Namun ayah dan ibuku memanggilku dengan sebutan cacha. Entah apa yang terbesit dalam benak orangtuaku sehingga menamai ku dengan nama tersebut. Aku terlahir dari sebuah kehidupan yang terkesan sederhana, ayahku bekerja sebagai PNS disebuah Sekolah Menengah. Kemudian ibuku hanyalah seorang karyawan diperusahaan tekstil dipusat kota.
Yang aku tahu dari kecil mereka selalu menyayangiku, tak pernah ku lihat raut muka yang sayu. Wajah mereka selalu berbinar kebahagiaan. Dan aku sangat bersyukur atas nikmat Tuhan kepada keluarga yang terbilang kecil ini.
Suatu hari, ketika aku ingin berangkat kesekolah. Terdapat sedikit masalah dengan sepeda kesayanganku. Ketika itu aku sangat sedih karena aku takut terlambat ke sekolah. Namun pada saat itu juga ayah menghampiriku kemudian mengusap kepalaku. “ayah,ada apa dengan sepeda cacha ? gimana kalau cacha terlambat ke sekolah ” kataku sambil mengeluarkan airmata. Kemudian ayah memelukku dalam dan kemudian ayahku berkata “ cacha tidak akan terlambat,biar ikut ayah saja ya nak”. Ibuku yang berdiri didepan pintu pun ikut tersenyum melihatku.
Ayah pun mengantarku terlebih dahulu ke sekolah karena ayahku  takut kalau aku terlambat padahal sekolah ku lebih jauh dari tempat kerja ayah. Selama diperjalanan aku masih memikirkan bagaimana nasib sepedaku, sedangkan besok aku juga harus sekolah. Tidak mungkin aku merepotkan ayah dengan setiap hari mengantarku seperti ini. “cacha..nanti pulang sekolah ayah jemput dan kita perbaiki sepedamu ya nak!” kata ayah memecah hening. ”beneran yah ? ayah janji ya..” ucapku gembira sambil memeluk ayah yang sedang mengendarai motor. Tak berapa lama tibalah didepan halaman sekolahku. Perlahan aku turun dari kendaraan ayah. Kemudian aku mencium tangan kiri ayah. Ayah pun tersenyum melihatku gembira. Kemudian ayah mencium keningku dan berkata “semangat ayah ada pada cacha”. Namun saat itu aku hanya tersenyum pada ayah.  Aku berjalan menuju kelas ku yang berada diujung sekolah. Saat diperjalanan menuju kelas aku masih dibayangi oleh kata-kata ayah yang masih belum bisa aku cerna dalam otakku. Sesampai dikelas aku mencoba menulis kata-kata ayah tersebut.Perlahan aku menggoreskan pensil kesayanganku diatas kertas buku kecil mungil yang dibelikan ibu sebagai hadiah ulang tahunku saat aku berusia 10tahun. Buku itu selalu ku bawa kemana-mana akan tetapi belum pernah aku corat-coret sedikitpun. Buku itu terlihat sangat kusam akan tetapi begitu indah ketika ku hiasi dicover depannya dengan gambar tiga orang sedang berdiri  sambil tersenyum. 

Gambar itu bermakna akan sebuah keluarga kecilku yaitu ayah,ibu dan juga aku yang berada ditengah-tengah.
Tiba saatnya pulang sekolah aku bersama teman-temanku menuju halaman sekolah tempat dimana aku diantar ayah. Akan tetapi ayah sudah menunggu didepan. Aku pun bergegas menghampiri ayah karena aku masih ingat dengan janji ayah yang ingin memperbaiki sepedaku yang rusak. Dari kejauhan terlihat ayah sedang menorehkan senyumnya kepadaku. Aku pun semakin bersemangat dan tidak sabar menjumpai sepeda kesayanganku. Ketika ku menghampiri ayah,ayah menyuruhku untuk cepat-cepat menaiki motornya. Diperjalanan aku slalu bernyanyi “krring krring ada sepeda” dan ayahpun ikut bernyanyi membuat ku semakin gembira. Tak berapa lama kemudian ayah memberhentikan motornya tepat didepan toko besar dan megah. Ayah mengajakku masuk ke dalam toko itu. Aku sangat bingung dan berpikir kemanakah ayah membawaku. Kemudian terlihat ibuku dari sudut toko itu, ternyata ayah dan ibuku membelikan sepeda baru. Aku mendekap perlahan kepada ibuku.  ”Ibu, aku tidak mau sepeda baru ini..aku masih mau dengan sepedaku yang lama” Aku menangis dan ingin pulang. Ayah dan ibuku terlihat sedih dan kecewa atas kesedihanku. Padahal mereka berusaha membahagiakanku dengan sepeda baru itu.Tetapi setelah melihat kesedihanku ayah pun membatalkan pembelian sepeda baru itu. Kami pun pulang kerumah, sesampai dirumah ayah yang masih terlihat keringatnya berusaha memperbaiki sepedaku yang lama. Dari depan pintu aku terus memperhatikan ayah yang sedang berada dihalaman rumah, ia berusaha keras agar sepedaku dapat diperbaiki dan digunakan olehku lagi. Karena ayah tau kalau sepeda itu adalah sepeda pertama dan sangat aku sayangi.
Seketika pandanganku tertuju pada sebuah buku kecil hadiah dari ibu,aku masih ingat akan kalimat yang diucapkan ayah kepadaku saat mengantarku kesekolah. Aku pun berlari menghampiri ayah yang sudah mulai kecapekan. Saat aku tiba,ayah tidak menghiraukanku karena ayah terlihat benar-benar sibuk memperbaiki sepeda itu. ”semangat ayah ada pada cacha” kalimat itulah yang kuucapkan untuk ayah meskipun aku belum mengerti untuk apa kalimat sederhana itu. Ayah pun tersenyum setelah aku melontarkan kalimat itu. Dan akupun membalasnya dengan senyuman juga. Melihat ayah sedang sibuk aku pun duduk diatas kursi rotan sambil terus memperhatikan ayah. “krring krring sepedanya udah sembuuuh” Seketika ayah mengagetkanku dengan suara lonceng sepeda ku tersebut. Aku pun berteriak kegirangan sambil memanggil ibu memberitahukan bahwa sepeda kesayanganku udah bisa digunakan lagi.Aku pun langsung mengendarai sepeda tersebut dan berkeliling dihalaman rumah. Keesokan harinya,seperti biasa aku kembali menuntut ilmu ke sekolah.Hari ini aku sangat senang karena sepeda ku sudah bisa dipakai lagi.
1
Hari berganti hari, tahun berganti tahun..
Aku bersyukur pada yang kuasa, oleh karena-Nya juga karena kerja keras dari orang tua ku perlahan aku mulai mengerti akan kehidupan,memasuki usiaku yang tak dapat lagi disebut sebagai anak-anak. Orangtuaku begitu bangga melihat keadaanku. Buku kecil mungil hadiah ibuku sewaktu kecil kini masih tergenggam oleh kedua tanganku. Sepeda pertama yang ayah belikan untukku kini tergeletak di ruang gelap tak terurus. hmm..Aku sangat merindukan masa kecilku dan sangat menyesali akan tingkah lakuku yang membuat orangtua ku kecewa, akan tetapi aku diajarkan untuk tidak menyesali yang telah lalu dan hanya menjadikannya sebagai pelajaran.Tak dapat ku hindari segala misteri kehidupan yang telah merenggut salah satu keluargaku. Aku mulai meneteskan air mata ketika aku mengingat masa dimana ayah dan ibuku berusaha membuat ku bahagia. Kali ini aku tak dapat menikmati seperti masa itu kembali. Sang Ilahi memberikan cobaan besar untuk keluarga kami. Namun siapa kira, Takdir tuhan tak dapat diganggu gugat oleh manusia. Tragedi kecelakaan maut yang menimpa ayahku beberapa tahun yang lalu membuat suasana rumah menjadi hening  dan tak ada canda tawa lagi.
Buku kecil yang kini menjadi tempat goresan tanganku slalu mencurahkan akan sosok ayah yang berjuang keras untukku. Ya,Kalimat itulah yang selalu ada dalam benakku.Seperti yang aku bilang,aku mulai mengerti akan kehidupan. Begitu juga dengan kalimat itu,aku mulai mengerti betapa berharganya semangat ku untuk ayah.Pikirku mungkin ayah sekarang lagi bahagia dan tersenyum melihatku tumbuh kembang seperti ini berkat kebahagiaan yang dirajut ayah sama ibu dari dulu. Juga ibu ku yang sekarang ini menjadi pengusaha kecil bekerja keras mencukupi kehidupan kami berdua.Dan Aku sering melontarkan kalimat ayah yang diucapkan untukku kepada ibu. Ibu sangat senang mendengarnya dan akupun senang bisa menikmati senyum manis bibir ibu.
Semakin hari aku mulai beranjak remaja,hari demi hari tak terasa usiaku memasuki angka 13. Apapun yang terjadi kehidupan memang harus tetap dijalani selama kita masih diberikan kesempatan oleh Tuhan. Hidup dibawah atap kesederhanaan membuatku tak lupa slalu bersyukur kepada Tuhan. Aku begitu menikmati hidup meskipun sekarang tidak berada dalam keluarga yang lengkap.
Ketika aku memasuki sekolah baru dimana tempat ayah menjadi seorang PNS dahulu aku melihat sebuah foto ayah yang diabadikan oleh salah satu kelas disekolah itu. Aku begitu kesal karena tidak sempat berfoto bersama ayah dan ibu. Yang ada hanya gambaran hasil karya tanganku yang menggambarkan ayah , ibu juga aku di cover depan buku kecilku.
Seketika kekesalanku dilenyapkan oleh sebuah suara yang terdengar dari sudut sekolah itu, memberitahuku bahwa aku diterima masuk disekolah ini. Betapa bahagianya aku karena aku bisa menuntut ilmu dimana ayahku dahulu adalah seorang guru disekolah itu. Dan aku tak lupa bersyukur mungkin karena ayah aku diterima baik oleh seluruh warga sekolah baruku itu.

Hari demi hari ku lewati bersama teman-teman baruku disana. Suka duka juga ku dapatkan, ditambah lagi dengan segala hal yang mampu menjawab semua teka-teki kehidupan masa kecilku. Tak lepas dengan yang namanya cinta, dari kecil aku telah diajarkan untuk saling mencintai terutama dalam lingkup keluarga,dan juga aku diajarkan untuk mencintai segala hal yang aku anggap sangat berarti. Akan tetapi yang tidak berarti bukan untuk aku lempar jauh tapi dijadikan sebuah tunggul untuk membuatku lebih mengerti dan menjadikan lebih baik. Ya , ketika aku memasuki usia 14 tahun aku merasakan hal itu, akan tetapi lain dari yang pernah aku rasakan sebelumnya.  Jatuh cinta, itulah yang menjadi teka-teki besar dalam hidup ku saat usia ku 14tahun. Terlalu muda memang untuk memikirkan hal naif itu. Tapi aku tak mampu menahan goncangan keras akan hal tersebut. Apa boleh buat ketika sosok lelaki yang menjadi idaman orang banyak itu juga mampu menembus dinding hatiku hingga mampu masuk kedalamnya. Bahkan, sampai ku lupa akan cinta pada ayah dan ibu. Bisa dibilang ini adalah pertama kalinya aku merasakan jatuh cinta,sebelumnya pun aku tak mengetahui bahwa aku telah merasakan bagaimana jatuh cinta. Jika saja tak diberitahukan temanku mungkin aku tak sadar bahwa yang kurasakan adalah jatuh cinta.
2
Ibu ku yang terus bekerja keras berusaha untuk bertahan hidup ditengah goncangan hidup yang semakin hari semakin melonjak-lonjak dan itu membuatku merasa bahwa cinta ibu kepadaku sudah tersita oleh pekerjaan dan juga waktu. Juga karena usia ku yang semakin bertambah membuat ku nyaris tak mampu membendung kehidupan yang semakin menuntut. Ditambah lagi dengan rasa itu,semakin hari semakin kuat,seakan tak ingin melewatkannya dari pandangan kedua mataku .
Namanya adalah Fathi  Ar-Rafa , ia adalah siswa dari kelas 8C dan aku kelas 8B . Ia adalah sosok yang agak misterius tapi mudah dikenal. Ia baik, pintar , rajin , aktif dan energik. Suatu hari ketika aku berpapasan dengannya disekolah dia memberikan senyum termanis yang belum pernah aku lihat dari orang lain. “Oh Tuhan , betapa bahagianya aku..”. Aku pun membalasnya dengan senyum juga dan ketika sudah terlewatkan darinya aku nekat berbalik kebelakang dan “brugg..” seperti baru saja jatuh kejurang! . Aku melihatnya sedang bercanda tawa dengan cewek . Dengan segera aku kembali memandang kedepan. “Hey kenapa bibir kamu manyun-manyun gitu ? jelek tau jelek! “ kata Alfa temenku sambil ketawa mengelikik. “Iya nih kok tiba-tiba muka kusut gitu ? “ sahut Vanya sambil merapikan rambutnya. “huuh , benang kali kusut..” jawabku kepada mereka berdua. “ooh gue tau nih pasti karena Rafa , iyakan ?” ucap Vanya dengan volume keras sehingga membuat teman-teman yang lain memandangi kami bertiga.” “Eh apa sih kalian..nggak kok” dengan terpaksa aku menjawab pertanyaan vanya kayak gitu takutny ketahuan anak yang lain. “Kriiingg krriinng” bel tanda masuk pun berbunyi. Kami bertiga menuju kelas masing-masing karena Vanya tidak satu kelas denganku dan alfa.
“Selamat siang anak-anak, silahkan ambil buku latihan matematika kalian” sapa pak Dian dengan wajah geramnya sembari meletakkan buku diatas meja.  “ loh kok langsung latihan pak? bukannya ini masih pertengahan bab?” berontak Alfa kepada guru yang bisa disebut killer itu. “kamu gak dengar ya kemarin sudah bapak bilangin kalau hari ini kita latihan! Kemana saja kamu kemarin ?” “Dia ketiduran pak!” sahut andito sambil mengelikik. “benar sewaktu pelajaran saya kemarin kamu tidur ?” masih dengan wajah terseramnya sambil menggebrak meja. Si Alfa pun terdiam, ingin sekali aku menolongnya tapi tidak mungkin kalau cuma berdua saja melawan pak Dian. “ sekarang kamu jawab latihannya didepan” ucap pak Dian sambil menunjuk kearah papan tulis. “yaah..makin bete nih kalau alfa duduk didepan” desisku sambil mengeluarkan buku latihan. “gelegarrrr!” suara petir seakan menggoncangkan seisi kelas, dan teman dikelas menjadi ribut termasuk pak Dian “hahaha ternyata pak Dian takut juga sama petir gak nyangka deh yaa..” aku pun tertawa geli melihat kepanikan pak Dian . Lucu juga kalau lagi ketakutan berasa gak punya raut muka menyeramkan.
3
“Krriingg,,krriinng” bel berbunyi lagi pertanda waktunya pulang sekolah. Aku dan juga teman yang lain segera merapikan tas tapi harinya masih hujan. Aku pun mencoba keluar kelas dan ternyata lumayan lebat juga , dengan terpaksa aku harus meredakan hujan dulu. “Aku duluan yaa, aku udah dijemput nih” tegur Alfa . “eh iya...hati-hati yaa..” sahutku kepadanya. “ Hmm.. alfa sudah pulang dijemput ayahnya , Vanya juga dijemput abangnya. Nah terus aku ? gak mungkin ibu jemput aku disini” desisku sambil memandangi air hujan yang turun. Aku masih duduk manis dibangku depan kelas dan ketika aku masih konsentrasi melihat air hujan tiba-tiba Rafa lewat didepanku “Oh tuhan, mengapa setiap kali aku bertemu dengan Rafa jantungku seperti digoncang ombak !” akan tetapi Rafa tidak memalingkan mukanya kepadaku . “Apa dia gak liat  kalau aku disini? Tapi ya sudahlah mungkin emang gak ngeliat aku”. Perlahan hujan mulai reda sepertinya aku harus cepat-cepat pulang kalau-kalau hujannya lebat lagi. “ eh tapi, Rafa tadi kemana, ya?” seketika aku memberhentikan langkahku ketika berada dekat lab bahasa. Dan shock! Aku langsung menempelkan punggungku kedinding “Rafa sama cewek itu lagi...” Hatiku seperti mengerucut dan mataku pun mulai mengeluarkan air bening. Aku mencoba melewati mereka berdua seakan tidak ada apa-apa. Masih dengan mata merahku aku mencoba tegar saat melewati mereka berdua dan aku tahu kalau Rafa memandangku dengan heran. Aku semakin mempercepat langkah kakiku dan tiba-tiba hujan turun lagi dan membasahi seluruh tubuhku. Aku membiarkan tubuhku diguyur hujan biar tak ada yang tahu kalau aku sedang menangis.
Tiba dirumah , pintu tidak terkunci aku pun terheran-heran ketika melihat pintu rumahku sedang terbuka. Aku langsung masuk dan bergegas mengganti pakaianku yang basah. Berkali-kali ku panggil ibu ku tidak ada menyahut, aku langsung menatap jam dinding diruang tamu dan ternyata sudah menunjukkan pukul 04.00 “Oh Tuhan! Ini jam ibu kerja , apa mungkin ibu pergi kerja kalau hujan gini? dan lupa menutup pintu” sontak kagetku diruang tamu. Entah mengapa tubuhku seperti melemah “Duuuh , jangan sampai aku sakit takutnya nanti ngerepotin ibu” desisku dalam hati. Aku pun menuju kamar dan berusaha untuk tetap kuat meski sedang gak enak badan, aku melakukannya dengan belajar sedikit tapi ternyata malah kekecewaan pada Rafa kembali muncul. “Cewek itu! siapa sih dia ? pacarnya Rafa ? aaargh”. Aku begitu kesal dengan Rafa apalagi cewek itu, pulpen yang ada ditanganku langsung aku lempar kelantai dan mencabik-cabik kertas didepanku.

Keesokan harinya, saat istirahat pertama aku masih dengan muka kusut dan mata merah setelah semalam aku menangis membuat Alfa dan Vanya bertanya-tanya tapi gak ada satupun pertanyaan mereka yang aku jawab dan akhirnya mereka lelah sendiri. Tiba-tiba Maya mengangetkan kami bertiga kalau latihan Matematika kemarin aku dapat nilai 90. “Ya gak apalah gak dapat nilai 100” desisku perlahan kepada mereka bertiga. Mereka sangat heran sekaligus bingung kenapa tiba-tiba aku gak panik saat nilai latihanku 90 padahal biasanya nilaiku antara 98-100. Maya pun kembali menuju kekelas, Alfa dan Vanya masih dengan wajah mereka yang buram. “Hey hey!” seruku sambil mengepak tangan kepipi mereka berdua. Aku ngerasa gak enak saja kepada mereka karena aku mereka juga ikutan kusut. “kamu kenapa sih cha? Tadi diam aja sekarang tiba-tiba mukul-mukul pipi kita berdua, sakit tau!”. Aku pun tertawa geli melihat muka mereka berdua. “Eh kalian kayak gitu jelek tau, sudah ayok kita kekantin” aku mulai melupakan apa yang terjadi kemarin, dan berusaha agar tetap ceria bersama Alfa dan Vanya. Tiba-tiba , “Eh, eh, ada Rafa tuh ciyee berpapasan lagi” sontak Vanya menghentikan senyum yang telah aku ukir dengan susah payah. Rafa juga memandangi aku dengan senyumnya. “aargh benci! Gak jadi kekantin ah!” ucap kesalku kepada Alfa dan Vanya. Aku langsung berbalik dan berlari menuju kelas. Lebih kesalnya lagi Alfa dan Vanya tetap jajan dikantin itu. Huuh
Gak berapa lama Alfa dan Vanya menyusul aku dikelas. “ Tumben kamu gak jajan ? biasanya kan kamu yang paling banyak jajan cha?” Seru Alfa dan juga disahut Vanya “Iya nih, tumben kenapa lagi kamu cha? Lagi dapet ya? hahahaha” mereka berdua menertawakanku sambil makan snack. “sudah deh ah apasih kalian, aku gak lagi dapet kok!” jawabku sambil menggosok-gosok bawah hidung dengan jari telunjuk. “Cha, kamu sakit ? matamu kok merah badanmu juga panas, kamu demam, ya?” desis Alfa sambil meletakkan tangannya ke jidatku. “emm gak enak badan dikit kok, kemarin pas pulang sekolah aku kehujanan” jawabku sambil bersin-bersin. “Mending kamu ke UKS deh cha, muka kamu pucet banget! “ sahut Vanya yang sudah siap menggandengku menuju UKS. Aku pun juga merasa semakin lemah hingga mau diajak ke UKS.
4
2 jam kemudian, setelah istirahat diUKS aku sudah merasa enak. Aku memutuskan untuk kembali ke kelas takutnya pas pelajaran pak Dian aku gak masuk. Tapi tiba-tiba ada yang menegurku dari belakang. “Apa kamu sudah sembuh beneran? Mata kamu masih merah cha!” aku pun menengok kebelakang “Eh kamu win, iya aku sudah merasa enakan sekarang, soal mataku mungkin karena pagi tadi aku kesiangan hehe” sahutku kepada Erwin yang kebetulan dia piket UKS. “Oh iya, mau aku antar ke kelas?” si Erwin menawarkan bantuannya karena Erwin memang anak yang baik. “Oh Makasih win, aku bisa sendiri kok” jawabku sambil mengikat tali sepatuku setelah keluar ruangan.
Dan jleb! Ketika aku berdiri dan siap untuk berjalan, tubuhku langsung kaku dan pandangan ku tepat menuju kedepan,hanya jantungku yang terasa berdegup kencang . Ternyata si Rafa ada didepanku , aku seperti tak bernafas saat itu. Aku dan Rafa saling bertatapan dengan jarak sangat dekat. Aku seperti larut dalam buaian matanya. Dia pun terlihat bingung sesaat , namun setelah itu ia tersenyum, mungkin karena melihat aku kaget. Aku langsung meninggalkan dia karena bel pertanda jam pelajaran pak Dian berbunyi. Saat diperjalanan menuju kelas bibirku seperti ingin senyum-senyum terus. Baru kali ini aku menatap matanya sedekat itu. Bayangan wajahnya selalu terbawa kemana-mana hingga aku mampu melupakan pahit yang aku rasakan sebelumnya. Tiba saat pulang sekolah Alfa dan Vanya mendekatiku yang memang pada saat itu aku duduk dibangku depan kelas. Mereka duduk disamping kiri-kanan ku. “Ciye senyam-senyum, kenapa lagi nih temen kita yang satu ini” seru Vanya sambil gelitikin aku. “ Iya nih moodnya berubah-ubah tiap waktu” si Alfa juga nambahin sambil ketawa mengelikik . “Eh,eh sewaktu kami dikantin tadi Rafa nanyain kamu loh cha!” sambung Alfa dengan muka serius. ”oh ya? Nanya apa dia?” jawabku penasaran. “katanya , fa temen kamu yang satu itu kenapa tiba-tiba lari pas ngeliat aku?”
 terus aku jawab aja “gak tau fa, kami berdua juga bingung” , terus Roby teman sebelahnya nyahut gini “mungkin karena muka lo tiba-tiba kayak monster  fa!”  “iya kami pun serontak tertawa cha! “ sahut Vanya. “Hahahaha” Aku dan mereka berdua pun kembali tertawa . Tapi , tiba-tiba kami terdiam ketika ada yang menghampiriku. “cha, nih sapu tangan kamu kayaknya tadi ketinggalan diUKS deh!” seru Erwin membuat kami bertiga terdiam. “ Oh iya, makasih win” . Si Erwin yang tetap berdiri didepanku membuat Alfa dan Vanya bingung dan tak lama mereka izin untuk kekantin. Si Erwin tiba-tiba duduk disamping aku, aku pun terdiam sambil bertanya-tanya “ada apa ini, kok tiba-tiba Erwin duduk disini? Apa jangan-jangan erwin sengaja mengambil sapu tanganku biar dapat kesempatan seperti ini?” desis hatiku yang tak henti-hentinya bergumam. “kamu cantik cha, apalagi saat kamu tertidur diUKS tadi” seru Erwin menghentikan desisku “eeh? “ sontak aku kaget dengan perkataan Erwin. “Sory cha aku cuma ngerapiin selimut kamu aja tadi soalnya jatuh mungkin kamu terlalu usik tidurnya” jawab Erwin sambil tertawa . Aku pun tersipu malu “apa benar aku tidur usik diUKS tadi?”
“Cha, kamu mau nggak jadi pacar aku? Aku sudah lama suka dengan kamu cha!”. Aku pun kembali kaget dan mengarahkan mataku ke Erwin. “aku tahu kamu gak bisa jawab sekarang, tapi aku harap jawabanmu seperti yang aku harapkan cha” si Erwin mulai meninggalkanku ditempat duduk padahal aku belum berkata-kata sepatah katapun kepadanya.

Setelah jam pelajaran pak Dian berakhir, dan juga bel mengeluarkan suaranya dengan keras aku bersiap-siap pulang. Sampai diperjalanan menuju pulang pun aku masih senyum-senyum dan tiba tiba “kriing krring” suara lonceng sepeda dari arah belakangku. Aku gak menengok kebelakang hingga kemudian berbunyi lagi berkali-kali . Ternyata ada Erwin menyejajariku dengan sepedanya dan kemudian dia turun dari sepedanya tanpa menoleh kepadaku. Aku makin bingung , si Erwin juga diam tanpa melontarkan sepatah katapun. “Apa dia nunggu aku jawab pertanyaannya sewaktu dia nembak aku tadi” desisku dalam hati. Gumamku seketika terhenti ketika aku mendengar suara Rafa dari arah belakang, dan benar Rafa ada dibelakang tapi bersama cewek itu lagi! Meskipun temannya yang lain juga mengikuti. Aku pun mempercepat langkah kakiku dan si Erwin juga mempercepat jalannya sambil mebawa sepedanya. Si Erwin pun mulai bertanya-tanya kepadaku “ cha , kamu kenapa tiba-tiba ngebut gitu? “ ucapnya geli sambil mengelikik. “oh enggak kok pengen cepet-cepet aja sampai rumah” jawabku sambil tersenyum dikit. “Ya sudah kamu naik sepedaku saja biar aku antar sampai rumah” Kata Erwin sambil tersenyum. “oh iya deh”. Aku pun menaiki sepedanya Erwin dibagian belakang tanpa memperdulikan Rafa yang ada dibelakangku karena aku gak mau lama-lama merasakan sakit hati  kalau Rafa bersama temannya ada dibelakangku. Tiba dirumah, Ku lihat ibu sedang membersihkan halaman rumah, aku menjadi bingung kenapa ibu tidak bekerja. Aku langsung menghampiri ibu dan lupa pada Erwin yang sudah mengantarku pulang. “ Assalamualaikum bu, kenapa ibu tidak bekerja hari ini” sapa ku kepada ibu sambil mencium tangan beliau. “ Ibu lagi libur nak, oh ya temen kamu kok gak diajak masuk?” sahut ibu sambil mengarahkan matanya ke arah belakangku. Aku pun berbalik dan ternyata Erwin masih disitu, aku kira dia sudah pulang . Aku pun menghampiri Erwin karena aku lupa mengucapkan terimakasih kepadanya. Tapi sesaat setelah itu ibu telah menyuguhkan es jeruk untuk kami  diteras dan Erwin pun ku ajak minum dulu karena aku tahu dia pasti haus setelah ngebonceng aku. Setelah Erwin istirahat sebentar dan juga berbincang-bincang juga tadi dengan ibu dia pamit pulang, entah kenapa dia seperti sudah kenal lama dengan ibuku. Ibuku juga sepertinya suka dengan sifat Erwin yang baik.

Malam harinya, aku kembali teringat akan Rafa, aku semakin penasaran dengan cewek itu. Kok bisa sih dekat banget sama Rafa. Aku mencoba mengambil ponselku yang tergeletak diatas bantal dan ku buka fotonya Rafa. Difoto itu ia terlihat polos, manis dengan alis tebalnya , apalagi saat tersenyum siapa yang gak kelepek-kelepek. Aku mulai membayang-bayangkan wajahnya apalagi ketika saat didepan UKS. “ Eh tapi, kamu itu nyebelin ! kok gak bisa peka sama perasaan aku sih? Aku tuh cemburu tau liat kamu sama cewek itu” desisku sambil memandangi foto Rafa diponselku. Tiba-tiba aku ingin meng-SMS Rafa, kangen juga rasanya. Gak apa deh nge-SMS cowok duluan asalkan yang di-SMS itu Rafa.
Gak berapa lama tiba-tiba ponselku berbunyi “trrriing,.trriing” aku bergegas mengambil ponselku karena aku yakin itu pasti SMS balasan dari Rafa. Dan *bragg* bukan dari Rafa ternyata tapi malah dari operator pulsa, “Eh tapi siapa yang ngisiiin pulsa?” tiba-tiba ada SMS masuk lagi, aku berharap ini adalah memang dari Rafa, setelah ku lihat akan tetapi belum aku lihat isi smsnya dan tiba-tiba ibu masuk kamar “ loh cacha kok belum tidur ? manyun-manyun gitu lagi mulutnya”. Aku sangat kaget dan langsung meletakkan ponselku dan kemudian terjatuh. “ eh , ibu , enggak kok ini ada pulsa nyasar bu” sahutku sambil tersenyum. “Ya sudah, sekarang kamu tidur entar kamu besok telat”.  “Iya bu” . Ibu pun meninggalkan kamarku , dan ku pungut kembali ponselku yang terjatuh. SMS itu dari Erwin , Ia menagih jawabannya , awalnya aku pun sangat bingung dan akhirnya aku membalas sms nya dengan singkat seperti ini “ Temuin aku besok dikantin belakang”.
5
Pagi harinya, ibu sibuk menyiapkan ingin pergi bekerja begitu juga aku juga bersiap-siap untuk pergi kesekolah. Setelah selesai, aku pamitan sama ibu untuk pergi kesekolah. Saat diperjalanan menuju sekolah ada yang menyapa aku dari belakang , aku mengira itu pasti  Erwin, aku pun menoleh kebelakang dan ternyata bukan,ternyata Rafa! Aku pun heran, dia juga menghampiriku dengan sepedanya dan mengucapkan “selamat pagi” kepadaku dan setelah itu dia berhenti sebentar. “kamu kok jalan sendirian? Gak sama temen cowokmu?” “Temen cowok? Aku gak punya cowok, yang kemarin itu cuma temen sekelas kok” sahutku kepada Rafa. Rafa pun hanya tersenyum kemudian ia meminta izin untuk duluan kesekolah sambil melambaikan tangannya, dan akupun juga melambaikan tanganku.
Tiba dikelas, terlihat Alfa dan Vanya seperti menunggu ku “Hai selamat pagi sahabatku Alfa, Vanya ” sapa ku kepada mereka berdua. “Wah sepertinya ada yang lagi seneng nih” desis Vanya seperti berbisik kepada Alfa. “ Iya nih kayaknya ada yang baru ngobrol sama Rafa deh, padahal kemarin pas ketemu Rafa mukanya kusut” sahut Alfa. “heeh? Kok kalian tau? Ngeliat ya?” tanyaku dengan bingung“. “Iyalah, jalan yang sering kamu jalaninkan terlihat dari kelas sini “sahut Vanya sambil menunjuk kearah jendela kelas. “Oh iya,hehe” desisku sambil menggaruk kepala.
“Krriing..krriing” bel berbunyi, Vanya pun bergegas masuk kelasnya, aku dan Alfa pun bersiap-siap karena hari ini pelajaran bahasa inggris. Gurunya agak killer juga nih maklum guru-guru disekolahku  udah tua semua *hehehe
Saat pelajaran berlangsung , Alfa memecahkan konsentrasiku dengan berbisik-bisik.
 “cha, ada Rafa tuh”
“Mana?” tanya ku sambil mengarahkan pandangan kearah pintu.
“Bukan disitu tapi dikantin” sambil menunjuk kearah jendela dengan berbisik.
“Kamu lihat dari mana? Perasaan dari tadi diluar gak ada suara anak cowok deh!” sahutku perlahan.
“Emang kamu gak ngeliat? Tadi baru saja dia lewat samping jendela kelas kita”
“Oh ya? Bentar lagi deh, bentar lagi juga istirahat”
“Iya..iya sekalian kita jemput Vanya juga”
“Krriiing Krring..” “Oke pelajaran kita cukupkan sampai disini, kalau ada yang belum paham kalian bisa bertanya dengan saya dikantor!” ucap ibu Nurly dengan nada ketusnya. Kadang serem juga nih , apalagi kalau lagi marah.
Oh iya aku baru ingat, tadi malam kan aku ada janji dengan Erwin dikantin. Si Alfa juga dari tadi ngajak-ngajak aku kekantin biar ketemu sama pujaan hati aku , si Rafa. Aku, Alfa dan Vanya pun menuju kantin, disana terlihat Erwin duduk manis sambil menghirup es jeruknya dan terlihat juga Rafa sedang berbincang-bincang dengan temannya. Si Rafa melihatku dan ia hanya tersenyum,aku pun membalasnya dengan senyum. Dan si Erwin menyapa ku dengan kalimat “ Eh echa, akhirnya kamu kesini juga aku sudah nungguin kamu dari tadi” sontak membuat Alfa dan Vanya terdiam, juga si Rafa yang memandangi ku dengan heran. Akan tetapi sesaat itu ada cewek yang tidak aku kenal itu datang menghampiri Rafa lagi, hingga pada akhirnya Rafa dan kawan-kawannya pergi dari kantin itu. Si Alfa dan Vanya yang lagi jajan membuat ku berfikir bahwa ini adalah kesempatan untuk berbicara dengan Erwin dan membawanya pergi dari kantin ketempat yang lebih cocok. Erwin pun selalu bertanya-tanya tentang apa jawabanku, lagian kasihan juga nih kalau tidak aku terima padahal selama ini dia memang selalu baik denganku. Aku pun menerimanya jadi pacarku.
Setiap hari, aku lewati bersama Erwin, orangnya selain keren, ganteng , dan juga smart ternyata gokil juga. Dia suka membuat hal-hal yang membuat aku tertawa , dia juga sering main kerumah , tidak hanya belajar bersama kadang kami juga berteman biasa. Ibuku yang menyukai sifatnya Erwin membuat suasana rumah lengkap lagi seperti aku waktu kecil. Tapi saat ketika aku berada disekolah, aku mendengar kabar kalau Rafa sedang berpacaran dengan cewek itu,dia adik kelas disekolahku, pantas saja aku tak mengenalnya. Saat mengetahui hal itu sih aku sangat sakit, dan akhirnya menangis juga hingga aku lupa bahwa ada Erwin yang setia sama aku. Alfa dan Vanya pun belum cukup mengerti denganku karena sudah ada Erwin masih saja menangisi Rafa. Tapi semakin hari aku semakin menerima takdir itu, lagian aku juga sudah semakin sayang dengan Erwin. Dia juga membuatku merasa nyaman saat didekatnya. Namun setelah beberapa bulan hubungan ku dengan Erwin ada yang membuat hubungan kami retak hingga akhirnya kami harus putus. Kami putus di tengah bulan menuju September , padahal bulan itu adalah bulan kelahiranku. Aku jadi benci dengan Erwin , lebih bencinya lagi setelah dia putus denganku beberapa minggu kemudian ternyata dia sudah dapat gebetan baru. Hmm emang ya cowok itu gak bisa dipandang sebelah mata saja.
Beberapa  setelah itu, tibalah tanggal dimana tepat aku dilahirkan dari rahim ibuku, tepat diumurku ke 15 tahun. Aku semakin dewasa, aku juga merasakan perkembangan-perkembangan yang ada pada diriku. Orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun kali ini adalah ibu, kalau sewaktu kecil dulu pasti Ayah dan ibu, mereka berdua selalu bersamaan mengucapkannya kepadaku. Orang kedua adalah Erwin, ternyata dia masih ingat denganku, ketiga adalah sahabatku Alfa dan Vanya. Mereka juga memberikan boneka kecil kesukaanku . Teman-temanku yang lain juga mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Tapi sepertinya ada satu orang yang tidak tahu dengan hari ulang tahunku, Si Rafa. Aku sangat sedih karena tak ada kata selamat ulang tahun darinya. Hari mulai senja , aku sangat kecapekan, karena hari ini seharian penuh bersama teman-temanku. Sesaat itu ternyata aku melupakan satu hal, ibuku! Dia yang melahirkanku justru aku lupa dengannya, aku langsung mencari-carinya hingga berkeliling didalam rumah. “Kemana ibuku?” .Aku sangat bingung dan kelelahan .”tok..tok..tok” tiba-tiba ada suara ketokan pintu dari arah luar. Aku pun menuju pintu untuk membukanya dan “Happy birthday” teriak Alfa dan Vanya dan juga ada ibu sambil membawa blackforest kesukaanku. “Oh ternyata ibu dan mereka berdua bersekongkol untuk memberiku kejutan” desisku sambil tersenyum.
Kami pun duduk dikursi tamu, ibu sedang menyiapkan pisau dan piring sedangkan Alfa dan Vanya memandangi blackforest yang dibeli ibu. Dan aku, aku masih memikirkan Rafa.
“Trring..trring..triing “ ponselku berbunyi, aku pun heran sudah agak malam gini ada yang nge-SMS. Dengan malas aku mengambil ponselku dan ku buka perlahan dan ku baca isi SMS nya tanpa membaca itu dari siapa. Setelah selesai ku baca , ternyata itu dari Rafa! Hatiku gak karuan antara kesal , sedih , senang campur aduk deh pokoknya. Dari awal aku berharap dia orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun untukku dan nyatanya dia orang terakhir, tapi syukur deh dia ngucapin daripada gak sama sekali. Aku pun membalas smsnya dengan mengucapkan terimakasih. Alfa dan Vanya menghiburku karena mereka mengira aku lagi sedih gara-gara baru putus sama Erwin. Hari ulang tahunku pun terlewatkan. Entah mengapa aku merasa ada yang berubah, “Rafa pasti sedang bahagia dengan pacarnya” gumamku.  Ketika aku duduk manis didepan meja belajarku , aku kembali mengambil ponselku dan membuka SMS selamat ulang tahun dari Rafa , karena saat itu SMS-nya aku simpan. Aku seperti ingin menangis, aku juga membuka foto Rafa yang masih tersimpan dalam memori ponselku. Aku mencoba untuk meng-SMS Rafa lagi, dan kali ini aku dapat tanggapan yang baik, ternyata dia juga sedikit perhatian denganku. Dilain hari, aku juga sering curhat sama Rafa, dan hal itu membuat kami semakin dekat. Dan pada suatu hari aku mendengar Rafa putus dengan kekasihnya. Aku pun merasa bersalah apa karena aku hingga mereka putus ? aku pun menghubungi Rafa dan menanyakannya dan diabilang “Tidak,bukan karenamu tapi kesalahannya sendiri” aku pun sangat lega mendengar jawabannya. Setiap hari aku selalu SMS-an dengan Rafa, aku sangat senang sekali bisa sedekat ini dengan Rafa, aku juga sering cerita kalau aku dulu selalu cemburu dan dagdigdug ketika berada dekatnya.Hehe
Oh ya, ibuku tidak kenal dengan Rafa, tapi kalau orangtua juga kakak-adiknya Rafa kenal denganku.  Aku sangat senang sekaligus bahagia bisa sedekat ini. Setiap hari aku slalu menciptakan puisi dan kata-kata yang aku rangkai untuknya dan juga tentangnya.

6

Hari berganti hari, dan terus berganti hingga memasuki tahun baru. Keakrabanku dengan Rafa kian hari kian makin kuat bahkan teman-temanku mengira aku dan Rafa seperti memiliki hubungan khusus termasuk Alfa dan Vanya, mereka mengira juga seperti itu.
Pada saat malam tahun baru, aku gelisah karena gak dapat SMS dari Rafa, aku mencoba calling dia berkali-kali dan tak ada jawaban. Hingga saat aku ingin tertidur tiba-tiba ada SMS dari Rafa. Dengan semangat aku membuka SMSnya .

 

From : Rafa
Sory, cha, tadi aku lagi sibuk!
kamu sekarang lagi dimana? Kita ke lapangan yuk liat kembang api!


“Oh tuhan “, dadaku langsung berdegub kencang seperti ada gempa dalam hatiku. Aku pun langsung ng-reply SMS nya .




To : Rafa
iya gak apa,
aku lagi dirumah nih, yasudah skrg aku lagi siap-siap!


Aku pun bergegas untuk bersiap-siap karena ini adalah pertama kalinya aku jalan-jalan sama Rafa. Aku pun meminta izin sama ibu dan “yes” dibolehkan ibu untuk keluar sebentar. Jantungku semakin lama semakin berdegub kencang apalagi disaat Rafa tiba didepan rumahku untuk menjemputku. Aku langsung menaiki motornya Rafa, dan jalan-jalan keliling kota sambil melihat kembang api. Sangat ramai dan juga terasa indah ditambah lagi dekat Rafa, rasanya seperti tak ingin melewatkan sedetik pun. Rafa juga terlihat sangat menikmati malam ini. “Tuhan, aku nyaman ketika aku berada didekatnya, seperti ini” desisku dalam hati sambil bersandar dipunggung Rafa. “Kamu ngantuk?” seru Rafa mengagetkanku yang sedang enak-enaknya bersandar dipunggungnya. “eh enggak aku cuma takut aja kalau ada mercun mengarah kesini” sahutku geli .” Oh gitu, yasudah bersandar aja lagi dipunggungku” jawabnya kepadaku membuatku semakin nyaman didekatnya. Sepertinya aku lupa satu hal, ku lihat jam tanganku dan sudah terlalu malam.
“eh sudah jam 10 nih, aku harus pulang”
 “beneran kamu mau pulang, yasudah aku antar” jawab Rafa dengan santai.
“ iya tapi didepan rumah aja ya, takutnya ketahuan ibu”
Tiba didepan rumah, “Sebenarnya aku masih ingin bersamamu fa..” desis hatiku sambil turun dari motor Rafa. Rafa memberikan senyum terindahnya kepadaku ,rasanya aku seperti bintang yang bersinar terang dilangit malam ini. Tapi, kok, Rafa gak nyala-in motornya? Dia malah diam dan memandang kearahku. Aku pun terheran-heran dan bingung “apa ada yang aneh denganku?” tanyaku penasaran. “oh enggak” jawabnya santai. Tiba-tiba dia memegang tangan kananku, aku pun semakin larut dan terbawa angin malam dan juga aku masih bingung dengan tingkah Rafa. “eh aku masuk dulu yah, kamu hati-hati dijalan” seruku sambil melepaskan tanganku dari genggamannya. “iya kamu juga hati-hati” jawabnya sambil tersenyum dan juga menstater motornya. Aku pun masuk ke dalam rumah, dan langsung masuk ke kamar supaya ibu tak tahu kalau aku baru saja datang. Aku masih merasakan kehangatan saat didekat Rafa, hingga membuatku tak bisa berhenti tersenyum. Aku semakin merasakan cinta yang dalam dengan Rafa, meskipun dulu sering sakit karenanya. Aku selalu berharap hubungan ku seperti ini dengannya, aku tak mau sakit karenanya lagi.
Keesokan paginya setiba dikelas, terlihat Alfa dan Vanya sedang asyik mengobrol . Aku pun langsung menghampiri mereka. Dan mereka hanya diam , entah ada yang salah denganku. Melihat mereka memandangiku dengan sinis aku pun menuju tempat dudukku. Ku telungkupkan kepalaku diatas tangan yang telah ku lipat diatas meja. Karena aku merasa masih mengantuk setelah semalam jalan-jalan. “Jeddarrrr!” aku pun langsung terbangun . Ternyata itu ulah Alfa dan Vanya yang memecahkan balon didekat telingaku. “Kalian usil banget sih,kalian mau bikin aku budeg ya, sengaja ya bawa balon buat ngagetin aku” desisku sambil mengusap kedua mata. “ih ada yang geer! Gak ada kerjaan banget bawa balon buat kamu, ini balon yang diberikan teman sekelas Rafa karena hari ini...” sahut Alfa tetapi tidak melanjutkan omongannya. ”ada apa hari ini? Hari rabu?” Tanyaku dengan raut kebingungan
“ultahnya Rafa!” teriak Alfa dan Vanya bersamaan dikuping kiriku. “eh serius,kok dia gak bilang tadi malam?” seruku sambil menggebrak meja. “eh santai dong santai cha” sahut Vanya. “emang tadi malam ngapain sama Rafa?” tanya si Alfa penasaran.
Tanpa menghiraukan mereka berdua aku langsung menuju kelas Rafa, dan saat tiba dikelas Rafa aku terdiam didepan pintu. “kamu cari siapa?” tiba-tiba ada yang memegang bahuku. Akupun berbalik dan itu Rafa. “Rafa..a..aku mau...” “Hey Rafa ayo kita kekantin jadi kan kamu mentraktir kita-kita?” “iya ayoo dong”. Ajakan dari teman-temannya membuat Rafa meninggalkan ku sendirian disana. Aku pun kembali ke kelas dan “kemana Alfa dan Vanya?” aku mencarinya dengan menengok ke jendela. Dan ku lihat disana ada Rafa dan cewek itu lagi, dan bikin kesalnya lagi Alfa dan Vanya juga disana. Mereka semua terlihat akrab. Sedangkan aku disini gak diajak. Rafa pun melihat ketika aku ada dibalik jendela, ia memanggilku dan mengajaknya makan bersama. Sebenarnya aku mau sih, tapi jangan ada cewek itu! Aku pun memilih untuk menolaknya.
Siang hari ketika Jam pelajaran terakhir, aku bergegas ingin pulang pokoknya aku kesal sama Rafa dan yang lain-lain. Mereka semua seakan tak peduli denganku . meskipun hari ini Rafa ulang tahun sekalipun. “Aku gak peduli pokoknya pengen cepat-cepat masuk kamar dan lupakan hari ini” gumamku sambil mempercepat langkah kakiku.
7
Tiba dirumah, kebetulan ibu sudah pergi bekerja dan aku sendirian dirumah. Aku langsung menghempaskan tasku keatas kasur dan duduk dan menelungkupkan kepalaku. Aku teringat kembali ketika Rafa menggenggam tanganku dengan erat, tapi sayangnya dia tak katakan cinta untukku tapi “aargh..”
Krring krring nada ponselku menyela amarahku, aku malas mengambilnya karena aku tahu itu pasti SMS dari Rafa. Tapi setelah ku pikir-pikir kekesalanku sangat tidak masuk akal, aku pun mengambil ponselku dan ternyata benar itu SMS dari Rafa. Dan “terereeng” seketika wajahku yang  tadi merah penuh kekesalan sekarang berubah menjadi wajah berseri . Rafa mengajakku makan siang . Aku pun meng-Iya kan ajakannya. Saat Rafa tiba didepan rumah dengan wajah berseri aku menghampirinya yang sudah siap membawaku kencan hari ini.
Seperti malam sebelumnya aku merasa nyaman saat didekatnya.”Hmm cha, soal disekolah tadi aku minta maaf ya.. mereka semua terlalu memaksaku sehingga aku tak dapat mendengar omonganmu” “Oh iya gak apa-apa kok fa” sahutku dengan santai.
“Oh iya, selamat ulang tahun ya fa.. semoga kamu mendapatkan yang kamu inginkan” seruku saat tiba dimeja makan.
“Iya makasih cha, amin” jawabnya sambil menyeruput jus mangga kesukaannya.
“Taraaa” tiba-tiba terdengar suara teriakan segerombolan orang dari arah belakang, dan mereka lagi . Eh tapi syukur deh gak ada cewek itu . Aku pun sangat malu ketika teman-teman Rafa memandangku dengan heran. Mereka membawakan kue untuk Rafa dan diatasnya ada angka 16. “Oooh jadi umur Rafa sekarang 16 ya..” desisku dengan nada kecil.
Mereka menyuruh Rafa untuk memotong kue yang telah mereka bawakan, tak lupa juga meniup lilin sebelumnya. “wah first cake buat siapa yaa..” gumam Roby sambil menjilat coklat dari kue itu. Dan “hey, kamu buat aku kaget tau gak!” gumamku kepada Rafa. Rafa memberikan first cake kepadaku “oh tuhan cinta ini sangat indah meski sekarang aku tak tau siapa aku dalam hidupnya” desisku dalam hati sambil mengunyah kue yang telah disuapkan Rafa untukku. Tapi setelah itu *jleb teman-teman Rafa yang lain juga dapat first cake dan disuapkan oleh Rafa. Tapi, tak apalah yang penting aku udah bahagia banget hari ini.
Hari sudah mulai sore, aku tidak mungkin pulang bareng  Rafa karena ada teman-temanya. Aku pun meminta izin kepada Rafa untuk pulang duluan. “ Fa, aku duluan ya ..” “loh cha, tadikan aku yang jemput kamu, berarti aku juga harus mengantarmu pulang” sahut Rafa, membuat teman-temannya terheran-heran. “ ciye kayaknya bos kita udah dapat cewek nih” sahut Roby sambil tertawa mengelikik. “Bukan bro, cuma temen kok!” kata Rafa. Mendengar ucapan Rafa aku menjadi sedih, apa kurangnya aku selama ini? Sekian lama aku menunggunya dia masih menganggapku sebagai teman. Meskipun aku menyayangi dan mencintainya dalam diam tetapi itu benar-benar tulus, apa dia gak ngerasa kalau selama ini aku suka kepadanya. Rafa pun mengantar ku pulang sampai rumah. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutku selain “hati-hati dijalan” ketika Rafa ingin pergi setelah mengantarku. Aku langsung  menuju kekamar dan merebahkan tubuhku diatas kasur , sepertinya aku capek sekali hari ini.Aku tertidur dan masih mengenakan baju yang aku pakai sore tadi.
8
Keesokan harinya, entah apa yang ada dipikiran ku aku ingin sekali memberikannya kado sebagai hadiah ulang tahunnya kemarin. Aku  bergegas ke pasar untuk mencari tapi apa yang ku dapat ? sama sekali gak ada yang cocok! Aku pun memutuskan untuk membuatkan dia sesuatu yang gak ada dipasaran. Ya, aku cuma beli 2 buah sabun mandi yang berwarna merah dan beberapa mainan lilin. Dirumah, perlahan aku mengukir sabun itu menjadi sebuah bentuk. Dan jadilah seperti bunga mawar, kenapa aku membentuk bunga mawar? Karena saat nge-date kemarin Rafa sedang mengenakan baju merah dan aku ngerasa bunga mawar itu simbol romantis. Dengan susah payah aku merapikan ukiran sabun itu dan jadilah mawar seperti sungguhan. Mainan lilin yang berwarna hijau ku pergunakan untuk daunnya . “hmmm mawarnya harum” gumamku sambil menikmati hasil ukiran itu. Ukiran itu ku masukkan dalam kotak transparan dan disana juga tertulis namanya. Artinya ukiran itu hanya untuk Rafa, tak lupa ada kalimat “Happy birthday-16” disisi kiri dan kanannya membuat ukiran itu terlihat semakin indah. Seminggu setelah ukiran itu selesai, aku baru berani memberikannya kepada Rafa. Dan “syukurlah” Rafa suka dengan hasil karyaku itu. Aku sangat puas dengan hasilnya dan juga tanggapan yang baik dari Rafa.
Setelah aku begitu puas dengan pujian-pujian dari Rafa aku mencoba mengambil selembar kertas lengkap dengan pensil serta penghapusnya. Perlahan aku menggoreskan pensil tersebut dengan hati-hati. Tak lupa dengan cinta sekalipun aku melakukannya . Aku mencoba menggambar wajah Rafa seperti yang ada di memori ponselku. Dan jadilah goresan pensil yang membentuk wajah Rafa. 


Aku pun sangat kaget , sebelumnya aku tak pernah menggambar seperti ini. Dan baru sekali mencoba aku sudah bisa. Aku langsung mengambil foto dari hasil gambar ini, dan mengirimkannya kepada Rafa.Dan tak lama ada Sms masuk dari Rafa.

From : Rafa
Itu beneran kamu yang gambar?

Dengan semangat aku membalas smsnya .
 
 To : Rafa

Iya aku yang gambar, serius!
gak percaya? hehe


 From : Rafa
Rada gak percaya sih, tapi kalau memang itu dari kamu , kamu memang hebat! Makasih ya :)




Dan terus berlanjut hingga aku tertidur diatas meja belajarku.
9
Semakin hari semakin besar pula cintaku kepada Rafa, Rafanya juga semakin hari semakin perhatian denganku. Tapi yang bikin kesal itu dia masih saja menganggap ku sebagai teman. “Apa mungkin dia hanya menjadikan ku teman itu sebagai alasan biar bisa akrab terus? Kalau pacaran kan bisa putus” desisku dalam hati seperti ada 1000 pertanyaan dalam otakku. Tiba saatnya ujian kelulusan, saat Ujian berlangsung aku sama sekali gak ada kontekan sama Rafa, karena aku juga lagi sibuk belajar. Dan mungkin Rafa juga begitu. Setelah masa-masa Ujian selesai tibalah hari perpisahan atas kelulusan kami. Sebenarnya aku masih ingin satu sekolah sama Rafa, Alfa dan Vanya . Aku gak mau pisah dengan mereka. Tapi keinginanku tersebut tak akan bisa mencegah ketika aku dan mereka memilih sekolah yang berbeda-berbeda .Vanya meneruskan sekolahnya diluar kota dan Alfa juga ikut berdagang bersama ayah ibunya di ibukota sehingga ia tak melanjutkan sekolah lagi. Aku dan Rafa juga tidak satu sekolah lagi, tapi meskipun begitu aku masih akrab kok dengannya, meskipun suasananya sudah berbeda sekarang. Aku juga sangat menikmati sekolah baruku dan teman-teman baruku. tetapi hari-hariku slalu dibayangi dengan wajah Rafa, aku merindukan ketika satu sekolah dengan Rafa, kangen ketika marah dengannya, kangen ketika dag dig dug saat berada didekatnya. Aku juga tak lupa merindukan sahabat-sahabatku Alfa dan Vanya. Rasanya aku ingin meminta mesin waktu kepada Tuhan agar aku bisa kembali ke saat-saat bahagia itu.
Setelah satu semester terlewatkan disekolah baruku ini. Ada cowok yang lumayan cakep nembak aku,dia aktif , jago karate dan sepakbola.  Tiba-tiba aku jadi ingat sama Erwin. Entah dimana dia sekarang. Dan juga sama Rafa sedang apa dia sekarang? Aku tidak begitu mengenal cowok itu yang aku tahu dia dari kelas sebelah dan namanya Fendy. Kali ini aku menolak cowok itu dengan alasan aku ingin fokus sama pelajaran dulu. Untungnya Fendy mengerti dan dia berusaha untuk jadi teman baik aku. Aku pun menerimanya sebagai sahabat  karena selama aku disekolah baru ini aku belum punya sahabat.
Suatu hari saat aku pulang dari sekolah, aku berpapasan dengan Rafa dijalan. Aku sangat senang bisa melihat Rafa lagi, dia juga memberikanku senyum termanis itu. Aku semakin ingin kembali dan kembali. “Oh tuhan aku kangen saat bersama Rafa” desisku sambil membayangkan wajah Rafa tadi.
Saat tiba dirumah , aku langsung meletakkan tas dan sepatuku dan juga merebahkan tubuhku sambil merentangkan kedua tanganku. Aku sangat lelah , karena hari ini mata pelajarannya dikelasku sangat berat. Aku pun mengambil ponselku untuk memutar musik. Namun saat aku ingin menekan tombol “play” tiba-tiba ada sms masuk. Dengan mood santai aku membuka sms tersebut dan ternyata buat aku shock. Gimana gak shock kalau smsnya seperti ini.

From : +6285126115XXX
Ini echa kan? barusan aku lihat Rafa bareng cewek sepulang sekolah. Kalau kamu gak percaya silahkan kamu datang ke kafe dekat rumahku.
-Maya-



Aku langsung bergegas mengganti pakaian ku dan berlari menuju kafe dekat sekolahnya Rafa.
Dan Benar, aku melihat Rafa bersama cewek, kali ini mereka terlihat sangat romantis. Aku mengira itu pacarnya. Sesaat itu ada Maya temanku sewaktu SMP memegang bahuku. “sabar ya cha! Rafa memang bukan untuk kamu” ucap Maya sambil memegang tanganku. “Selama ini, aku tahu kalau kamu sangat mencintai Rafa terbukti dari SMP hingga sekarang, saran aku , lebih baik kamu harus melupakan Rafa deh cha!” sambung Maya yang masih memandangiku dengan sayu. “Makasih May udah kasih tau aku, makasih juga saran kamu, sepertinya kamu benar aku harus melupakan Rafa, selama bertahun-tahun Rafa hanya menganggap ku sebagai teman dan itu gak lebih, aku mau pulang dulu may” sahutku sambil meninggalkan dari tempatitu.
10

Aku masih terdiam, dan tak habis pikir “mungkin benar kata maya, aku harus melupakan Rafa” gumamku. Aku memang menyukainya sejak usiaku masih 13tahun, dan sekarang umurku sudah menginjak 17tahun. Akan tetapi kenyataannya sangat bertolak belakang dengan harapanku selama ini. Juga kehidupannya yang sangat jauh berbeda dengan kehidupanku. Saat itu aku harus merelakannya dan melihatnya bahagia dengan orang pilihannya. Meskipun ia tahu bahwa aku mencintainya secara diam-diam. Akan tetapi meskipun begitu dan hingga sekarang sosok dirinya masih berdiri tegak didasar hatiku. Entah kenapa aku tak mampu menerima cinta yang lain ketika aku masih sanggup untuk mencintainya. Mungkin karena dia adalah orang pertama yang mampu menembus hatiku yang berlapis cinta kedua orangtuaku.
Namun, ketika aku kembali mengingat masa kecilku mungkin dia sama dengan sepeda yang dulu pernah menjadi barang kesayanganku. Sepeda pertama dari ayah sangat aku sayangi hingga sekarang. Dan dia adalah orang pertama yang mungkin sengaja diperlihatkan Tuhan yang mampu menembus pandanganku, itulah sebabnya aku tak mampu melepaskannya dari  ruang hatiku. Kadang setiap kali aku merindukannya seakan-akan dia berada tepat disampingku,membuat ku tersenyum setiap kali ku mengingatnya.
Tak terasa 4 tahun sudah aku pendam perasaan ini, tak sedikit sakit dan juga halang rintangan yang aku rasakan. Namun aku harus tetap kuat menghadapi berbagai angin dan api dari sebuah takdirku tersebut. Terkadang jika pada saat aku merasakan tekanan didalam hati aku slalu ingin mundur, tapi coretan jelek dibuku kecilku slalu membuatku bangkit dan tetap menghadapinya. Aku tak boleh menyesali apa yang telah terjadi. Setidaknya aku menjadikan suatu hal yg buruk dan telah terlewatkan tersebut sebagai motivasi untuk maju kedepan .
Aku mulai beranjak dewasa, dan telah memasuki usia 19tahun dimana aku harus meninggalkan kebiasaaan-kebiasaan bodohku dan mulai belajar membagi waktu. Tak lupa aku slalu bersyukur aku masih mempunyai ibu yang selalu bekerja keras menggantikan posisi ayahku. Aku slalu bersemangat menjalani hidup apapun yang aku rasakan ketika aku menginjak duri-duri kehidupan. Aku masih memegang buku kecil yang memang tak pantas lagi aku genggam . Tetapi dibuku kecil itulah aku menyimpan semua yang dapat menjawab teka-teki hidupku. Sakit yang aku pendam ketika seseorang yang aku kagumi telah hilang dan tak tahu bagaimana kabarnya. Aku masih menyimpan rasa itu untuknya dan aku masih tak mampu melupakan sosoknya dari ingatanku.
Setiap kali ku mengingatnya aku slalu teringat akan sosok ayah yang dulu pernah berkata “semangat ayah ada pada diri cacha” dan aku mengembalikan kata itu pada lelaki yang slama bertahun-tahun aku cintai.
“Semangatku ada pada dirimu Rafa.  Selama ini apapun yang aku lakukan itu berdasarkan pada semangat cinta yang aku suguhkan kepadamu.Sehingga aku mampu melewati rintangan tersebut dan masih mampu berdiri untukmu. Dan meskipun aku telah mengetahui bahwa selama ini kau juga membuatku sakit akan tetapi siapa tahu Tuhan memberikanku jawaban atas doa ku agar suatu saat nanti kita dipertemukan kembali. aku meyakini bahwa kaulah satu-satunya yang dapat aku cinta setelah ayahku.”
Aku cuma berharap Tuhan menjawab semua teka-teki hidupku. Dan aku juga berharap semoga masa laluku berubah menjadi indah dimasa akan datang.

Syarifah U.
(februari)